MAKALAH
HUBUNGAN
PGRI dengan LUAR NEGERI
Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah ke-PGRI-an
Dosen
Pengampu: Bp. Soepoyo
Oleh:
1. Agung Ariwibowo
(12144600021)
2. Fatchurahman
(12144600038)
3. Yuliningsih
(12144600039)
Kelas
A1-12
PRORAM
STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
PGRI YOGYAKARTA
2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dalam menyusun makalah ini
dapat terselesaikan. Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah
study ke-PGRI-an. Kami berharap makalah ini dapat berguna bagi kita semua.
Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam proses
pembuatan makalah ini. Kami menyadari walaupun makalah ini sudah dibuat secara
maksimal, namun masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam hal yang perlu
disempurnakan. Untuk itu kami mohon maaf kepada pembaca apabila terdapat
kesalahan dalam penulisan makalah ini. Kami menerima kritik dan saran serta
petunjuk dari semua pihak untuk penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Yogyakarta, April 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Sesuai
dengan asas perjuangan nya, PGRI sejak permulaan berdiri nya sudah mulai
berusaha mencari hubungan dengan organisasi - organisasi guru dan serikat -serikat
buruh luar negeri. Pada masa permulaan revolusi dulu, hubungan tersebut hanya
bisa diusahakan melalui surat - menyurat saja.
Di
luar dugaan, tanggapan pertama datang dari Australia yang sekaligus
menyampaikan undangan untuk berkunjung ke negerinya supaya wakil kita bisa
memberi informasi tentang keadaan dan perjuangan RI di sana. Kemudian datang
pula undangan perkenalan dari NEA untuk berkunjung ke Amerika, perkenalan
tertulis tersebut menjadi permulaan hubungan PGRI dengan WOTP.
Pada akhir Juni 1952 diadakan kongres terakhir WOTP yang
menghasilkan keputusan pembubaran WOTP dan mendirikan organisasi profesi
keguruan sedunia yaitu WCOTP (World Confederation of Organization of the
teaching Profesion) PGRI juga termasuk menjadi anggota dari organisasi
tersebut.
Ketika
hubungan PGRI antar instansi ini dapat berjalan harmonis dan dinamis
dengan sifat pedagogis, sosiologis dan produktif, maka diharapkan tercapai
tujuan utama yaitu terlaksananya proses pendidikan di Indoesia secara
produktif, efektif, efisien, dan berhasil sehingga menghasilkan out-put yang
berkualitas secara inteletual, spiritual, dan sosial.
B.
RUMUSAN MASALAH
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1.
Apakah yang dimaksud
dengan PGRI sebagai organisasi yang bersifat kemitraan ?
2.
Bagaimana bentuk
hubungan PGRI dengan luar negeri ?
3.
Bagaimana contoh
hubungan PGRI dengan luar negeri ?
4.
Bagaimana bentuk
kerja sama PGRI dengan luar negeri ?
C.
TUJUAN
Adapun tujuan dari
penyusunan makalah ini adalah:
1.
Untuk mengetahui
sifat organisasi PGRI yang bersifat kemitraan.
2.
Untuk mengetahui bentuk
hubungan PGRI dengan luar negeri.
3.
Untuk mengetahui
contoh hubungan PGRI dengan luar negeri.
4.
Untuk mengetahui
kerja sama PGRI dengan luar negeri.
D.
MANFAAT
Manfaat
penulisan makalah ini adalah:
1.
Sebagai
bahan kajian belajar dalam rangka meningkatkan prestasi diri pada khususnya dan
meningkatkan kualitas pendidikan pada umumnya.
2.
Sebagai
acuan dalam mengajar agar para peserta didik lebih berprestasi di masa depan.
E.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PGRI
Sebagai Organisasi yang Bersifat Kemitraan
Menurut etimologi (arti kata),
kemitraan adalah perihal hubungan (jalinan kerja sama) sebagai mitra.
PGRI sebagai organisasi pejuang pendidik dan pendidik pejuang selalu berusaha
menjalin serta mengembangkan kemitraan dalam bentuk kerjasama yang saling menguntungkan
dengan berbagai pihak, bahkan PGRI sudah menjalin hubungan secara
internasional.
Nilai –
nilai yang dikembangkan berdasarkan kemitraan diantaranya adalah :
a. Menumbuhkan semangat rasa persatuan dan
kesatuan.
b. Menumbuhkan rasa kesetiakawanan / solidaritas.
c. Menerima, membantu, dan merasakan penderitaan
orang lain.
d. Peduli terhadap keadaan masyarakat.
B. Bentuk
Hubungan PGRI dengan Luar Negeri
Hubungan PGRI dengan luar negeri sudah dapat dibuktikan sejak
lahirnya PGRI. Pada periode tahun 1945 sampai 1950, perjuangan PGRI dititik
beratkan melawan NICA-Belanda guna menyelamatkan perang kemerdekaan. Dalam
usaha meningkatkan pendidikan dimulai dengan peralihan pendidikan yang bersifat
kolonial ke pendidikan nasional.
Pada
tahun 1950 terjadi 2 kongres PGRI yaitu kongres IV di Yogyakarta (Februari
1950) dan yang kedua kongres V (Desember 1950) di Bandung dalam usaha penataan
kembali organisasi.
Tahun
1950 merupakan tahun persatuan karena akhirnya kongres itu membuat suatu
“maklumat persatuan”. PGRI sebagai organisasi kemitraan, berupaya menumbuhkan
rasa semangat persatuan dan kesatuan dengan membentuk suatu hubungan dengan
luar negeri.
Dalam
hubungannya dengan luar negeri, mulai 1948 menjalin kerjasama / hubungan dengan
National Education Association (NEA), yaitu Persatuan Guru di Amerika Serikat.
NEA mengundang PGRI untuk mengadakan peninjauan tentang perkembangan pendidikan
di Amerika Serikat selama 8 bulan. PGRI juga mendapat undangan kongres II WCOTP
(World Confideration of Organization of the Teaching Profession) yang kedua di
London pada bulan Juli 1948.
PGRI
sudah sejak lama telah memiliki hubungan yang luas dengan guru di luar negeri. Hubungan
tersebut dapat meliputi hubungan kerjasama dalam tingkat regional dan
internasional, diantaranya adalah:
1. Tingkat
Regional
a. ASEAN
Council of Teachers (ACT)
ASEAN
Council of Teachers (ACT) merupakan organisasi yang berangotakan guru-guru
negara ASEAN. Negara yang menjadi anggota ACT adalah Indonesia, Singapura,
Malaysia, Brunei Darussalam, Filipina, Thailand, Vietnam, Kamboja, dan Laos.
PGRI memprakarsai berdirinya ASEAN Council of Teachers (ACT) tahun 1974.
b. Pertemuan
Guru-Guru Nusantara (PGN)
Pertemuan
Guru-Guru Nusantara merupakan organisasi yang beranggotakan guru-guru yang
terbentuk karena didasarkan pada budaya Melayu. Negara yang menjadi anggota PGN
diantaranya adalah Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, dan Indonesia. PGRI
memprakarsai Pertemuan Guru-Guru Nusantara (PGN) 1983 di Singapura yang
dipimpin oleh Prof. Gazali Dunia dan Rusli Yunus.
2. Tingkat
Internasional
a. Konvensi
ILO/UNESCO
Tanggal
5 Oktober 1966 Konvensi ILO/UNESCO di Paris menghasilkan Status of Teachers
(Status Guru Dunia). Pemerintah RI dan PGRI (HM Hidajat dan Ir. GB Dharmasetia)
hadir dan menandatangani Konvensi ILO/UNESCO tersebut.
b. Education
International (EI)
Education
International (EI) adalah suatu serikat pekerja atau organisasi guru dan
personal pendidikan dengan 25.000.000 anggota. Mereka adalah para guru dan
pekerja di sektor pendidikan dari tingkat pra-sekolah sampai perguruan tinggi
yang berasal dari 311 organisasi di 155 negara. Di asia
Pasifik EI mempunyai 68 anggota organisasi di 34 Negara, termasuk PGRI.
EI bertujuan untuk :
1. Melindungi hak profesional
dan industrial dari para guru dan pekerja pendidikan.
2. Mempromosikan
perdamaian, demokrasi, keadilan sosial, dan persatuan kepada seluruh manusia si
semua negara, melalui pembangunan pendidikan umum berkualitas bagi semua.
3. Memerangi semua
bentuk rasialisme dan diskriminasi dalam pendidikan dan masyarakat.
4. Memberikan
perhatian khusus bagi pembangunan peran kepengurusan dan keterwakilan wanita di
masyarakat, dalam profesi mengajar, dan dalam organisasi guru dan pekerja
pendidikan.
5. Memastikan
hak-hak kelompok kelompok yang terlemah seperti masyarakat pribumi, etnik
minoritas, migran dan anak-anak. EI bertujuan dan bekerja untuk menghapuskan
pekerja anak yang merupakan bagian penting dari hak asasi manusia.
EI dibentuk pada tahun
1993 sebagai hasil penggabungan antara The International Federation of Free
Teacher Union (IFFTU) dan The World Confederation of Organizations of The
Teaching Profession (WCOTP). Sekertariat pengurus EI bermarkas di Brussels,
Belgia, yang dilengkapi dengan lima departemen yaitu: pendidikan, serikat
sekerja, hak asasi manusia dan keadilan, pengembangan kerjasama, informasi dan
administrasi.
Dengan jumlah
anggota sebanyak 25 juta orang. EI menjadi sebuah ITS (International Trade
Secretariate atau Sekretariat Serikat Pekerja Internasional) yang terbesar di
dunia. EI berasosiasi dengan ICFTU (Internatioanal Confederation of Free Trade
Union), yaitu sebuah konfederasi dari pusat-pusat serikat pekerja naional yang
demokratis dan independent di tingkat dunia. Education International membangun
hubungan kerja istimewa dengan sejumlah organisasi penting.
EI mempunyai hubungan kerja dengan
UNESCO, termasuk IBE (international Buereau of Edication atau Biro Pendidikan
Internasional) serta memiliki status konsultatif dengan United Nation Economics
and Social Council (ECOSOC) atau Dewan Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa
Bangsa.
Secara khusus, EI bekerjasama
dalam pelaksanaan kegiatan bersama dengan WHO, UNAIDS, ILO, World Bank, dan
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD).
Hubungan tersebut memberikan
kesempatan bagi EI dalam mempromosikan tujuan guru dan pekerja pendidikan di
forum internasional dan dalam memberikan masukan dalam diskusi ketika sedang
menyusun keputusan tentang kebijakan penting.
Program dan anggaran belanja EI
diadopsi setiap tiga tahun oleh Kongres Dunia Education International, yang
dihadiri oleh semua organisasi anggota EI dan para pengamat dari
organisasi internasional serta lembaga-lembaga antara negara. Resolusi
kebijakan EI diadopsi dan Dewan Pimpinan Pusat dipilih di Kongres Dunia yang
terakhir diselenggarakan di Jontien, Thailand, pada bulan Juli 2001.
Sekretariat Markas Besar atau
Kantor Pusat EI teretak di Brussel Belgia. Kantor-kantor kawasan terletak di
Afrika (Lome, Togo), Asia Pasific (Kuala Lumpur, Malaysia), dan Fiki, Eropa
(Brussel, Belgia), Amerika Latin (San Jose, Cose Rica) dan Amerika Utara dan
Karibia (santalucia). Setiap 3 tahun sekali di tiap-tiap kawasan diselenggarakan
Konvereverensi Regional.
Tujuan PGRI mengikuti
organisasi ini adalah:
1.
Memperkuat PGRI sebagai serikat pekerja
guru.
2. Membuat
organisasi yang lebih demokratis, independen, transparan dan berkelanjutan.
PGRI mengikutsertakan
dirinya dalam organisasi ini tentu memperoleh manfaat:
1. Membuat
kesadaran serikat buruh, good governance, transparansi dan akuntabilitas di
semua tingkat organisasi.
2. Untuk
mendapatkan alokasi anggaran 20% oleh pemerintah untuk pendidikan di tingkat nasional
dan daerah untuk dapat membahas masalah yang dihadapi oleh pendidikan, guru,
anak-anak, dan untuk mencapai pendidikan berkualitas untuk semua
3. Mempromosikan
partisipasi perempuan dan pemimpin muda dalam proses pengambilan keputusan dan
semua kegiatan serikat.
4. Dibuat
kolam pelatih terampil di tingkat kabupaten dan propinsi.
5. Berkaitan
dengan keuangan organisasi dan membuat organisasi mandiri secara finansial.
6. Peningkatan
proses komunikasi dalam organisasi antara tingkat nasional, provinsi dan kabupaten.
Keikutsertaan PGRI
dalam organisasi ini dapat dibuktikan dengan lima tahun sekali Kongres PGRI
berhasil dilaksanakan diantaranya di Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia,
ditangani oleh Presiden Republik Indonesia dan Sekretaris Jenderal Pendidikan
Internasional.
Tahun
2001 PB PGRI dan Ketua provinsi se Jawa Workshop EI di Anyer. Kemudian pada
tahun 2003 menjadi 11 provinsi. Pada tahun 2004 menjadi 19 provinsi, pada tahun
2005 menjadi 22 provinsi. Penanggung jawab nasional Prof.Dr. HM Surya, Ketua
Umum PB PGRI, sedangkan National Coordinator PGRI-EI Consortium Project :
1. Tahun
2002 – 203, Drs. WDF Rindorindo
2. Tahun
2004 – sekarang, HM Rusli Yunus.
3. Tahun
2006 Koordinator Nasional (HM Rusli Yunus) didampingi Koordinator Pelaksana (Ir.Abdul
Azis Hoesein, MEngSc)
Menurut
Arlan Larnaca (2011), terdapat beberapa hasil dari jalinan kemitraan
internasional tersebut, antara lain :
1. Adanya
bantuan dari EI melalui konsorsium organisasi guru Swedia, Kanada, AS, Jepang,
Australia.
2. Ketua
Umum PB-PGRI duduk dalam kepengurusan EI untuk kawasan Asia-Pasifik.
3. Perjuangan
PGRI telah masuk dalam salah satu resolusi Konferensi EI Asia-Pasifik di india
pada tahun 2000 dan kongres Guru se Dunia di Thailand tahun 2001.
4. Dalam
konfensi ACT di Thailand, Hanoi, dan Brunei Darussalam, PGRI berperan secara
aktif dalam penyajian materi.
5. PGRI
telah menyampaikan kertas kerja dalam Pertemuan Guru Nusantara (PGN) di Brunei Darussalam
tahun 2002.
6. Ketua
umum PB PGRI mendapat kehormatan untuk menjadi salah seorang pembicara dalam
beberapa konferensi Internasional.
7. Kerjasama
bilateral telah terbina dengan STU (Singapura), Kurusapha (Thailand), JTU (Jepang),
KFTA (korea selatan), AEU (Australia), dan NUTP (Malaysia).
C.
Contoh
– Contoh Hubungan PGRI dengan Luar Negeri
1. Sesudah kongres ke empat di Yogyakarta, PB PGRI di
Jakarta mengirim surat perkenalan serta ucapan selamat atas terbentuknya
pengurus baru Persatuan Guru Negara Persekutuan Malaya. Sejak saat itu
terjalinlah hubungan persudaraan dan kerja sama antara PGRI dengan Persatuan
Guru Negara Persekutuan Malaya (Malaysia) hingga kini dibuktikan dengan jalan
korespondensi, saling mengunjungi, pertukaran guru, penataran, dll.
2. Pada bulan Februari 1954 PB PGRI mendapat undangan
dari Fan Ming, Ketua Umum PB PRRC, untuk berkunjung ke Peking guna menghadiri
hari buruh(1 mei) dan disambung dengan karya wisata selama satu bulan.
3. Suatu peristiwa antar bangsa dimana PGRI ikut berperan
adalah Regional Conference of Non Govermental of The U.N.O di Denpasar Bali.
Utusan PB PGRI terdiri dari F. Wachendorf dan Muhamad Hidrajat. Usul-usul PGRI
mengenai peranan film semuanya diterima
oleh konperensi tersebut.
4. Pada tahun 1954, PB PGRI sangat menyesal karena tidak
dapat hadir dalm memenuhi undangan WCOTP,IFTA, dan Fipreso yang berkongres di
Oslo karena kesulitan keuangan.
5. Sujono, Wakil Ketua I PB PGRI dan E.A. Parengkuan
mewakili PGRI hadir di kongres ke lima WCOTP yang diadakan di Manilla dari
tanggal 1s/d 8 Agustus 1956.
6. Pada musim dingin Australia bulan Juli 1971 PGRI menghadiri
General Assembly WCOTP di Sidney, sambil mempererat kerja sama dengan Australia
teachers Federation dan New Zaeland Teachers Institute.
7. Ketua Umum Basyumi Suriamiharja, Sekretaris Jenderal
A.M.D Jusuf dan Gazali menghadiri IFFTU Convention di Kuala Lumpur. Pada acara
pembentukan “Komite Asia untuk IFFTU”. Basyumi Suriamiharja terpilih menjadi
ketuanya.
8. Pada tanggal 3 dan 4 April 1972 di Bandung diadakan
Kongres IFFTU dengan tema “The role of teachers and their organization in
economic development”. Pada kesempatan ini melalui May Jen. Ali Murtopo, guru
di Indonesia telah lama diakui sebagai pembaharuan dan pembangunan.
9. Ketua Umum Basyumi Suriamiharja dan Sekretaris
Jenderal A.M.D Jusuf menghadiri kongres WCOTP di London pada bulan Agustus
1972, selanjutnya mereka pergi ke Nederland dan Belgia, untuk memenuhi undangan
Nederlandse Onderwejzers Verefinigi, dan Federasi Guru Belgia.
10. Melalui WCOTP PGRI telah menyerukan dihentikannya
peperangan India-Bangladesh, Vietnam, dan Timur Tengah yang mengakibatkan
kesengsaraan rakyat, dan penghapusan segala bentuk diskriminasi rasial yang
bertentangan dengan martabat dan harkat manusia.
11. Sejak kongres ke 13 hubungan dengan luar negeri
dirumuskan sebagai berikut “Meningkatkan jalinan hubungan dan kerja sama
internasional kependidikan yang mengabdi pada kepentingan nasional”.
12. Dra. Ny. M. Wahyudi dan AT. Sianipar SH menghadiri
WCOTP Asia and South Pasific Conference yang diadakan di Walington New zaeland
dari tanggal 26 Agustus sampai 2 September 1981.
13. Kongres ke 29dihadiri tidak kurang dari 11 orang
anggota PGRI yakni Ketua Umum Basyumi Suriamiharja, yang hadir sebagai anggota
Eksekutif WCOTP, Sekjen Drs. W.D.F Rindo sebagai Ketua Delegasi PGRI tiga orang
anggota PB PGRI lainnya, lima orang anggota PB PGRI. Kongres ini diadakan di
Swiss.
14. Sekjen Drs. W.D.F Rindo pergi ke Sidney Australia
untuk mewakili PGRI pada “The Asia Public Service Conference of IFFTU” dari
tanggal 18-20 Oktober 1982.
15. Pada tanggal 25 – 29 Oktober 1982 Dra. Ny. M. Wahyudi
ada di Hiroshima Jepang, untuk mengikuti simposium yang diselenggarakan oleh
Persatuan Guru Jepang tentang “Disarmament Education”.
16. Pada tanggal 27 – 30
Desember 1982 56 orang wakil PGRI berada di Kuala Lumpur Malaisya untuk
menghadiri The 4’th Covention ACT.
17. Dalam sidang WCOTP Asia Pasific yang diadakan pada
tanggal 3 – 10 Agustus 1983 di Kuala Lumpur, PGRI diwakili oleh Dra. Mien. S.
Warnaen dan Drs. Gazali Dunia tentang pertemuan guru Nusantara. Putusan sidang
diadakan di Singapura tanggal 24 Nofember 1983. Pada kesempatan ini Drs. Gazali
menyampaikan makalah.
18. Dalam realisasi mempererat hubungan muhibbah dalam
periode 1981-1983, PGRI telah mendapat kunjungan dari :
·
Rombongan 46 orang
guru Melayu.
·
Rombongan 22 orang
dari Persatuan Guru Transport Udara Wanita Singapura.
·
Rombongan 24 orang
anggota Persatuan Guru Melayu Brunei.
D.
Bentuk
Kerjasama PGRI dengan Luar Negeri
Bentuk
kerjasama PGRI dengan Luar Negeri dengan pertukaran pelajar dapat dibuktikan
dengan adanya sembilan mahasiswa IKIP PGRI Semarang praktik mengajar di
Malaysia.
Pada
tanggal 17 April sembilan calon guru IKIP PGRI Semarang dilepas oleh rektor,
Muhdi SH. M.Hum untuk melaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan di beberapa
sekolah setingkat SLTA di Johor Malaysia.
Kesembilan
mahasiswa tersebut di antaranya berasal dari beberapa program studi antara lain
Pendidikan Bahasa Inggris (3), Pendidikan Matematika (2), Pendidikan Biologi (2),
dan Pendidikan Fisika (2).
Praktek
mengajar yang akan berlangsung selama 1 bulan tersebut merupakan salah satu
bentuk kelanjutan dari kerjasama yang dijalin antara IKIP PGRI Semarang dengan
Universitas Teknologi Malaysia.
Mahasiswa
jurusan Bahasa Inggris FKIP Universitas PGRI Palembang bernama Oktaryna
terpilih untuk mengikuti program pertukaran pelajar pada tahun 2010. Dinas
Pemuda dan Olahraga (Dispora) Sumsel mengirimkan salah seorang pelajar untuk
mengikuti program tahunan Kementrian Dispora RI. Hal itu berkaitan dengan upaya
meningkatkan wawasan kebangsaan bagi Pemuda Indonesia. Program kapal pemuda
Asean – Jepang (ship for east asia yourt program-SSEAYP).
Kemudian
pada 14 Desember 2010 di Guangzhou, China, PGRI telah menandatangani MoU dengan
South China Normal University dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.
Pada 5 Maret 2011 di Seoul, Korea Selatan PGRI melakukan Penandatanganan kerja
sama dengan Korean Federation of Teachers Association. Kerja sama di antaranya
tentang Joint Research dan Workshop.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
PGRI sebagai organisasi pejuang pendidik dan pendidik pejuang selalu
berusaha menjalin serta mengembangkan kemitraan dalam bentuk kerjasama yang
saling menguntungkan dengan berbagai pihak, bahkan PGRI sudah menjalin hubungan
secara internasional.
Dalam
hubungannya dengan luar negeri, mulai 1948 menjalin kerjasama / hubungan dengan
National Education Association (NEA), yaitu Persatuan Guru di Amerika Serikat.
NEA mengundang PGRI untuk mengadakan peninjauan tentang perkembangan pendidikan
di Amerika Serikat selama 8 bulan. PGRI juga mendapat undangan kongres II WCOTP
(World Confideration of Organization of the Teaching Profession) yang kedua di
London pada bulan Juli 1948.
Bentuk
kerjasama PGRI dengan Luar Negeri dengan pertukaran pelajar dapat dibuktikan dengan
adanya sembilan mahasiswa IKIP PGRI Semarang praktik mengajar di Malaysia.
Pada
tanggal 17 April sembilan calon guru IKIP PGRI Semarang dilepas oleh rektor,
Muhdi SH. M.Hum untuk melaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan di beberapa
sekolah setingkat SLTA di Johor Malaysia.
2 komentar:
Izin Copy Yah...
izin copy ...
Posting Komentar