Membimbing Keberhasilan Peserta Didik

MAKALAH
MEMBIMBING KEBERHASILAN PESERTA DIDIK
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Profesi Kependidikan
Dosen Pengampu : Dra. Ika Ernawati
Dwi S. Nugroho 12144600030
Imam Rofingi 12144600031
Tasino 12144600032
Bhakti Prasetyo 12144600033
Dhedit Soedjati 12144600034
Bayu Dwi Santoso 12144600035
Dewi Istikhomah 12144600036
Siti Apriyani 12144600037
Fatchurahman 12144600038
Yuliningsih 12144600039
Wawan Andi P. 12144600040
KATA PENGANTAR


Puji syukur kami persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dalam menyusun makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah studyProfesi Kependidikan. Kami berharap makalah ini dapat berguna bagi kita semua.
Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam proses pembuatan makalah ini. Kami menyadari walaupun makalah ini sudah dibuat secara maksimal, namun masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam hal yang perlu disempurnakan. Untuk itu kami mohon maaf kepada pembaca apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini. Kami menerima kritik dan saran serta petunjuk dari semua pihak untuk penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Yogyakarta, Mei 2013


Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

  1. LATAR BELAKANG
Dalam paradigma baru, guru adalah individu yang bertanggung jawab terhadap perkembangan siswa dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi baik kognitif, afektif dan psikomotorik, oleh sebab itu guru dipandang sebagai faktor kunci keberhasilan siswa, karena ia berinteraksi secara  langsung dengan siswa dalam proses belajar.
Salah satu prinsip dalam melaksanakan pendidikan adalah peserta didik secara aktif mengambil bagian dalam kegiatan pendidikan yang dilaksanakan, dalam proses mengajar atau pendidikan, peserta didik harus mempunyai motivasi untuk mengikuti kegiatan belajar atau pendidikan yang sedang berlangsung. Hanya apabila mempunyai motivasi yang kuat, peserta didik akan menunjukkan minatnya, aktivitasnya dan partisipasinya dalam mengikuti kegiatan belajar atau pendidikan yang sedang dilaksanakan.
Keberhasilan belajar siswa akan lebih memadai, apabila guru menerapkan peran bimbingan dalam belajar mengajar, yang berupa upaya fasilitatif bagi perkembangan kepribadian siswanya, serta upaya bimbingan lain untuk membimbing siswa menentukan tujuan yang hendak dicapainya, membimbing siswa dalam menilai keberhasilannya dalam mencapai tujuan.
Khusus dalam rangka pendidikan guru, penerapan peran bimbingan oleh guru itu perlu ditonjolkan karena siswa perlu menghayati secara wajar manfaat bimbingan dalam proses belajar mengajar itu. Dengan demikian, setiap guru seyogyanya bekerjasama dengan petugas bimbingan lainnya untuk menyediakan diri membantu siswa secara individual, dalam mengambil tanggungjawabnya guna mengembangkan dirinya sendiri.
Untuk membuat pelajaran lebih mudah merupakan hal yang telah banyak dilakukan oleh para pendidik. Dari siswa para pendidik telah menyadari bahwa proses belajar banyak dipengaruhi oleh apa yang telah diketahui oleh siswa sebelumnya, atau yang lebih dikenal dengan pengetahuan awal (prior knowledge). Proses pendidikan di kelas berusaha untuk menjadi jembatan yang dapat menghubungkan materi sekarang dengan materi yang lalu. Sehingga kemampuan awal akan manjadi prasyarat untuk dapat mempelajari materi pokok selanjutnya. Pada sisi lain ada upaya untuk menjadikan pelajaran menjadi rangkaian langkah yang lebih sederhana yang dapat dipelajari oleh siswa, pendidik selalu berusaha menjadikan siswa sadar akan belajar mereka sendiri. Dalam dunia pendidikan tentu saja tidak terlepas dari faktor belajar. Belajar adalah masalah setiap orang karena kecakapan, pengetahuan, kebiasaan, keterampilan, kegemaran dan sikap manusia terbentuk dan berkembang karena belajar. Belajar dapat terjadi di lingkungan keluarga, masyarakat dan lembaga formal, akan tetapi tidak semua siswa mempunyai kesadaran untuk belajar.




  1. RUMUSAN MASALAH
Adapun yang menjadi rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah :
  1. Bagaimana hakikat seorang guru sebagai pembimbing peserta didik ?
  2. Usaha apa yang harus dilakukan seorang guru untuk membimbing peserta didik yang lambat belajar ?
  3. Usaha apa yang harus dilakukan seorang guru untuk membimbing siswa yang cerdas diatas normal
  4. Seperti apa gambaran individualism pembelajaran ?
  1. TUJUAN
Adapun yang menadi tujuan penulisan makalah ini adalah :
  1. Kita diharapkan dapat mengetahui hakikat seorang guru sebagai pembimbing peserta didik.
  2. Kita dapat mengetahui usaha-saha yang harus ditempuh oleh seorang guru untuk membimbing keberhasilan peserta didik yang lambat belajar.
  3. Kita dapat mengetahui langkah - langkah apa saja yang ditempuh oleh seorang guru untuk membimbing keberhasilan peserta didik yang memiliki kecerdasan di atas normal.
  4. Mengetahui gambaran invidualisme pembelajaran.
 




BAB II
PEMBAHASAN

  1. HAKIKAT SEORANG GURU SEBAGAI PEMBIMBING PESERTA DIDIK
Kompetensi yang diperoleh seorang calon guru yang telah menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Calon guru tersebut ditempa dengan ilmu pengetahuan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Selama empat tahun, calon guru tersebut berusaha memahami dan menjiwai bekal yang diberikan dosennya. Ketika pendidikan guru akan selesai, calon guru harus menunjukkan kompetensi mengajar di kelas dan menulis karya ilmiah berupa skripsi. Setelah itu, barulah status sebagai guru telah disandangnya. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa untuk menjadi seorang guru tidaklah mudah. Beberapa proses harus dilalui. Ketika menyandang status sebagai guru, kualitasnya telah dijamin oleh perguruan tinggi. Barulah dalam perjalanan selanjutnya, ketika berhadapan dengan para siswa dengan berbagai karakter, potensi, dan kecerdasan, guru memang harus membuka cakrawala wawasannya lebih luas. Perpaduan bekal sebagai guru dari perguruan tinggi dan adaptasi terhadap kenyataan yang dihadapinya dalam proses pembelajaran, harus dilakukan guru.
Siswa adalah manusia yang memunyai aspek kognitif, sosial, emosi, spiritual, dan lainnya, tidak dapat diperlakukan sama oleh guru. Bagaimana guru bisa mengupayakan terjadi transformasi ilmu kepada para siswanya dengan mudah. Hal itu berarti guru dituntut untuk aktif  dan dinamis, dengan menambah kualitas kompetensinya. Beberapa cara dapat ditempuh, misalnya dengan menambah referensi membaca dan mengajar, melanjutkan pendidikan strata selanjutnya ke perguruan tinggi, memunyai kelompok guru mata pelajaran untuk selalu bertukar informasi dan pengetahuan, dan masih banyak yang lain.
Keberhasilan siswa dalam kehidupannya juga sebenarnya tidak lepas dari peran seorang guru. Pengamat pendidikan mengatakan bahwa keberhasilan pendidikan dapat dilihat dalam kurun waktu sepuluh tahun yang akan datang. Sekarang cobalah lihat bagaimana karakter masyarakat Indonesia saat ini. Moral dan pandangan hidup masyarakat Indonesia tidak lebih baik. Banyak terjadi korupsi, kolusi, dan nepotisme dalam berbagai aspek kehidupan. Kalau menggunakan pandangan ahli tentang keberhasilan pendidikan, bisa kita lihat , bagaimana pendidikan sepuluh tahun yang lalu dari berbagai jenjang pendidikan di Indonesia.
Guru sebagai pelaku pendidikan di sekolah, melakukan tugasnya berdasarkan pedoman kurikulum yang ditetapkan pemerintah. Jadi, dalam hal ini pemerintah memang memunyai peran dalam pendidikan. Guru sebagai pelaku tunggal pengajar di kelas, memang pemegang tanggung jawab tunggal terhadap keberhasilannya membimbing anak-anak didik. Bila anak-anak tidak berhasil, gurulah yang bersalah.
Kesalahan guru dapat meliputi ketika mengajar di kelas tidak ada persiapan (guru tidak membuat perangkat mengajar), tidak menguasai materi pelajaran yang akan disampaikan, tidak tepat dalam menggunakan metode dan strategi pembelajaran di kelas, membuat soal-soal evaluasi yang tidak sesuai atau tidak berdasar kisi-kisi soal, tidak menggunakan media pembelajaran yang sesuai, dan sebagainya. Kesalahan guru tersebut bila berlangsung rutin (setiap mengajar di kelas), dapat dibayangkan dampaknya pada anak-anak didik.
Kompetensi siswa tidak akan terbentuk dengan baik sehingga akan memengaruhi dalam kehidupannya seumur hidup. Kalau berkaitan dengan kegagalan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, siswa akan tidak terampil menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Ketika siswa tersebut nantinya berprofesi sebagai psikiater, ia akan bermasalah saat menyimak keluhan pasien. Lain lagi saat profesinya sebagai pengacara, ia akan bermasalah dalam hal berkomunikasi lisan. Saat berprofesi sebagai dosen, siswa tersebut akan mengalami masalah ketika harus membaca buku dan menulis karya ilmiah. Dengan demikian dapat disimpulkan, guru ikut menentukan keberhasilan siswa.
Keberhasilan pembelajaran di kelas, tidak lepas dari pemahaman guru terhadap karakter anak-anak didik. Guru secara ikhlas dapat memberikan motivasi kepada anak-anak didik yang membutuhkannya, yang terkadang tidak diperolehnya dari orang tua maupun lingkungan keluarganya.
Pahamilah kecerdasan mereka! Pahamilah kecenderungan otak kanan dan otak kirinya! Pahamilah juga jenis modalitas belajar mereka, apakah visual, audio, atau kinestetik? Dari ketiga hal tersebut, guru dengan cerdas dapat menentukan strategi  dan metode pembelajaran yang sesuai dengan jenis kecerdasan, kecenderungan otak kanan dan kirinya, serta modalitas belajar para siswa. Guru yang baik akan melakukan hal-hal yang terbaik untuk anak-anak didiknya. Janganlah menjunjung subjektivitas diri terhadap karakter dan kemampuan siswa. Ukurlah siswa berdasarkan takarannya.
Keberhasilan pembelajaran adalah keberhasilan peserta didik dalam membentuk kompetensi dan mencapai tujuan, serta keberhasilan guru dalam membimbing peserta didik dalam pembelajaran.

B. MEMBIMBING PESERTA DIDIK YANG LAMBAT BELAJAR
Slow learning (lambat belajar), merupakan salah satu bentuk kesulitan belajar. Peserta didik yang lamban belajar akan mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran, menganalisa apa yang dipelajari, dan mengalami kesulitan dalam memahami is pembelajaran serta sulit membentuk kompetensi, dan mencapai pembelajaran yang diharapkan. Kelambanan perkembangan ini disebabkan oleh tingkat kecerdasan atau IQ di bawah rata-rata umum atau di bawah normal. Siswa yang slow leaner juga sering mengalami kelambanan dalam pertumbuhan jasmaninya.
Tingkat IQ seorang anak :
130 keatas Pandai sekali (genius)
110 – 129 Pandai
90 – 109 Rata-rata atau normal
70 – 89 Kurang pandai
50 – 69 Lemah ingatan
30 – 49 Debiel
Kurang dari 30 Imbeciel –ideot
Anak-anak yang digolongkan lambat belajar (slow leaner) adalah mereka yang memiliki IQ antara 70 sampai dengan 90, yakni yang termasuk klasifikasi kurang pandai.
Ciri-ciri peserta didik lambat belajar :
a.  Lamban
Peserta didik kelompok lambat belajar lamban dalam menerima dan mengolah pembelajaran, lamban dalam bekerja, lamban dalam memahami isi bacaan, serta lamban dalam menganalisis, dan memecahkan masalah.
b.  Kurang mampu
Peserta didik yang lamban kurang mampu berkonsentrasi , berkomunikasi dengan orang lain, mengemukakan pendapat, serta kurang kreatif, dan mudah lupa.
c.  Tidak berprestasi
Peserta didik lambat belajar prestasi akademisnya rendah dan hasil kerjanya tidak memuaskan.
d.  Motoriknya lamban
Peserta didik lambat belajar pada umumnya  lamban dalam belajar berjalan, terlambat dalam belajar berbicara serta gerakan- gerakan ototnya kendor dan tidak lincah.
e.  Perilaku negatif.
Peserta didik kelompok lambat belajar sering melakukan perilaku kurang baik, kebiasaan jelek dan tidak produktif.

Untuk memberikan bantuan dan bimbingan secara tepat, dan berhasil kepada peserta didik yang lambat belajar, perlu dipahami berbagai hal yang melatarbelakangi, dengan usaha antara lain :
a. Studi dokumentasi, mempelajari catatan-catatan pribadi, melalui :
    • Buku catatan pribadi
  • Dokumen perkembangan pribadi
  • Catatan kesehatan      
b.  Mengumpulkan data baru sebagai pelengkap.
Dalam rangka memahami dan mengenal latar belakang peserta didik, sebagai upaya melengkapi informasi yang sudah ada, perlu ditempuh cara lain di samping mempelajari data pribadi peserta didik. Cara lain ini dapat dilakukan melalui kegiatan sebagai berikut :
  • Home visit (kunjungan rumah) Guru melakukan kunjungan ke rumah orang tua peserta didik untuk memahami situasi dan kondisi keluarga serta lingkungannya.
  • Tes psikologi, untuk memahami kemampuan fisiknya
  • Wawancara dengan orang tua dan temannya
  • Observasi erhadap kegiatan peserta didik pada waktu bermain atau bekerja melakukan tugas kelompok untuk memahami hubungan sosial dengan teman- temannya.
Dari berbagai usaha yang dilakukan di atas akan diperoleh data yang dapat menggambarkan latar belakang peserta didik. Perlu disadari bahwa tidak semua data yang diperoleh relevan dengan masalah, sehingga perlu dilakukan seleksi data. Seleksi data ini perlu dilakukan untuk memilah dan memilih data yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi dan dipecahkan, dengan data yang kurang atau tidak menunjang atau tidak berkaitan dengan masalah yang dihadapi. 
Adapun usaha- usaha yang dilakukan untuk membimbing peserta didik yang lambat belajar adalah;
a.  Pemberian informasi tentang cara- cara belajar yang efektif, baik cara belajar di sekolah maupun di rumah
b. Bantuan penempatan (placement), yakni penempatan peserta didik dalam kelompok-kelompok kegiatan sesuai seperti kelompok belajar, kelompok diskusi, dan kelompok kerja. Bantuan penempatan ini dapat pula berfungsi sebagai perbaikan terhadap masalah dan kesulitan yang dialami peserta didik.
c.  Mengadakan pertemuan dengan orang tua untuk melakukan konsultasi, mendiskusikan kesulitan-kesulitan peserta didik serta mencari cara-cara pemecahannya, terutama berkaitan dengan cara memberikan dorongan agar peserta didik giat belajar, dan cara-cara melayani atau memperlakukan peserta didik di rumah.
d.  Memberikan pembelajaran remidi (remidial teaching), yaitu mengadakan pembelajaran kembali secara khusus bagi peserta didik yang lamban untuk mengajarkan ketinggalan dari kawan-kawannya.
e.  Memberikan pembelajaran yang konkrit dan aktual
f.   Memberian layanan konseling bagi peserta didik yang menghadapai kesulitan-kesulitan emosional, serta hambatan lain sesuai latar belakang masing-masing.
g.  Memberikan perhatian khusus kepada peserta didik yang lamban, dan berusaha membangkitkan motivasi dan kreativitas belajarnya misalnya dengan melalui hadiah dan pujian.

C.  MEMBIMBING PESERTA DIDIK YANG CERDAS DI ATAS NORMAL
Peserta didik yang tergolong cerdas adalah mereka yang memiliki IQ di atas normal. Sistem pendidikan di Indonesia telah menyentuh anak-anak yang luar biasa melalui sekolah-sekolah luar biasa atau sekolah khusus. Namun demikian, sampai saat ini perhatian untuk menyelenggarakan pendidikan khusus kepada anak luar biasa masih terbatas pada anak luar biasa di bawah normal.
Peserta didik yang memiliki kecerdasan di atas normal terbagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a.  Kelompok pandai sekali, dengan 1Q 130 ke atas
b.  Kelompok pandai dengan IQ 110- 130
Dua kelompok ini dapat dikatakan luar biasa di atas normal dengan sifat- sifat sebagai berikut:
a.  Belajar berjalan dan bicara lebih awal dan cepat menguasai kosa kata dalam jumlah yang banyak.
b.  Pertumbuhan jasmani lebih baik, otot-otot kuat, motoriknya gesit (lincah), dan energik. 
c.  Haus akan ilmu pengetahuan, dan menyukai serta sering mengikuti berbagai perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan. 
d.  Mampu secara tepat menarik suatu generalisasi, dapat mengenal hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain. 
e.  Cepat dalam menerima, mengolah, memahami dan menguasai pembelajaran, prestasinya baik sekali dalam seluruh bidang studi.
f.   Memiliki rasa ingin tahu (natural curiousity) yang tinggi. 
g.  Cepat dan tepat dalam bertindak
h.  Kurang sabar mengikuti hal- hal rutin dan monoton
i.   Cenderung tidak memiliki gangguan nervus (mudah bingung)
j.   Daya imajinasinya tinggi dan mampu berfikir abstrak
k.  Cepat dalam bekerja dan menyelesaikan tugas sehingga banyak memiliki waktu luang.
Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam membimbing peserta didik yang cerdas di atas normal, yaitu:
a.  Perlu diupayakan untuk mengembangkan seluruh potensi peserta didik agar memperoleh perkembangan yang optimal, sehingga dapat dicapai kebahagiaan.
b.  Bimbingan yang diberikan harus sesuai dengan ciri-ciri khusus serta kebutuhan peserta didik yang cepat belajar.
c.   Setiap sekolah harus diatur sedemikian rupa, sehingga tercipta suasana yang aman dan nyaman, dan memungkinkan peserta didik cepat belajar mengembangkan seluruh aspek pribadinya.
d.   Memberikan bimbingan jangan semata-mata menekankan pada perkembangan aspek intelektualnya saja, tetapi perlu dikembangkan aspek lain seperti  sikap, nilai, mental, moral, emosional, sosial, spiritual dan tanggung jawab.
e. Perlu dikurangi kegagalan dan pemborosan sejauh mungkin dengan jalan mendayagunakan seluruh bakat dan kecerdasan serta krestivitas peserta didik.
Masalah- masalah yang sering dihadapi peserta didik cepat belajar atau cerdas di atas normal pada umumnya bersumber dari kondisi- kondisi sebagai berikut:
a.  Kurang atau tidak adanya pengertian dari pihak pendidik (guru, orang tua, kepala sekolah, konselor), mereka tidak mengerti bagaimana memperlakukan peserta didik yang cerdas.
b.  Kurang adanya perhatian dari pihak pendidik. Perhatian pendidik umunya ditujukan kepada peserta didik yang normal, dan peserta didik yang lambat belajar.
c.  Anggapan yang keliru dari pendidik bahwa peserta didik yang cerdas akan mampu atau bisa memelihara, menjaga, dan mengembangkan dirinya sendiri tanpa bombingan orang lain.
d.  Kurang tanggap guru terhadap perilaku peserta didik yang cerdas, bahkan sering dianggap mengganggu pembelajaran, atua mencemoohkan guru. Misalnya mengajukan pertanyaan yang di luar kemempuan guru untuk menjawabnya.
Peserta didik yang tergolong cerdas di atas normal tidak berbeda dengan teman lain, dalam arti sebenarnya mereka juga memerlukan perhatian, perhargaan dan kasih sayang, karena hal tersebut merupakan sebagian dari kebutuhan pokok (basic needs). Namun demikian, dalam kenyataan apa yang dilakukan oleh pendidik baik orang tua maupun guru kurang sekali perhatian kepada mereka. Hal ini disebabkan oleh ketidakmengertian guru dan orang tua tentang cara memperlakukan anak serta adanya anggapan yang keliru seperti disebutkan di atas. Jika peserta didik cerdas tidak diperhatiakn oleh pendidik, maka akan timbul beberapa reaksi sebagai berikut:
  1. Melarikan diri, pendiam, bersifat introvert, reaksi negatif (withdraw)
  2. Mencari perhatian (making attention). Dalam usaha untuk mencari perhatian dari pendidik setelah selesai mengerjakan tugas, maka adakalanya ditempuh dengan berteriak-teriak di kelas, membuat gaduh, menggoda teman, meledek guru, suka mondar-mandir .
  3. Berpura-pura bodoh. Hal ini dilakukan untuk menghindari disuruh mengajar teman-temannya.
Adapun usaha- usaha yang dilakukan untuk membimbing peserta didik yang memiliki kecerdasan di atas normal, yaitu:
a. Usaha percepatan (akselerasi), memeberikan pembelajaran dengan sistem modul, memberikan kesempatan kepada siswa cepat belajar menyelesaikan modul sebanyak-banyaknya, tanpa menunggu kawan yang lain. Atau memberikan naik kelas meloncat.
b. Menyediakan sekolah khusus yang menampung anak-anak cerdas atau berkualitas tinggi, sehingga mereka akan mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengembangkan kemampuannya.
c.  Jika terpaksa terpaksa anak harus terintegrasi dengan anak-anak normal, maka kepadanya perlu diberi kesempatan untuk memperdalam, dan memperkaya pengetahuannya.
d. Menyalurkan kemampuan peserta didik dalam kegiatan-kegiatan ilmiah,mengikut sertakan dalam lomba karya ilmiah dengan demikian kelebihan energi yang dimiliki oleh peserta didik yang cerdas di atas normal dapat disalurkan dan akan bermanfaat.
e.  Melibatkan dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengikuti aktivitas-aktivitas organisasi dan sosial.
f.  Untuk mengurangi rasa superior (harga diri berlebih), sebaiknya guru dalam memberikan tugas dilakukan secara proporsional.
g. Pada saat tertentu guru hendaknya memberikan reinforcement pada peserta didik yang cerdas, hai ini dilakukan untuk meningkatkan semangat atau motivasi untuk lebih berprestasi lagi.

D.  INDIVIDUALISME PEMBELAJARAN
Untuk menciptakan suasana pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, hendaknya pembelajaran tidak terbatas pada pembelajaran yang klasikal saja atau pembelajaran massal, apalagi terbatas pada empat dinding kelas, tetapi perlu diupayakan pembelajaran yang mengarah kepada pengajaran individual. Sehubungan dengan itu, guru perlu melakukan upaya-upaya untuk melakukan individualisasi pembelajaran. Individualisasi pembelajaran dimaksudkan sebagai bentuk pembelajaran yang dapat melayani perbedaan peserta didik dan sesuai dengan kemampuan, tempo belajar, minat, dan nafsu belajar masing-masing.


















BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Seorang guru harus mempunyai kesiapan saat berhadapan dengan peserta didik. Karena peserta didik yang berada di depan kita ternyata memiliki berbagai macam perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Beberapa hal yang harus diperhatikan bagi seorang guru adalah dari tingkat IQ anak yang berbeda-beda, dari yang tertinggi sampai terendah. Hal ini sangat mempengaruhi keberhasilan seorang guru dalam membimbing peserta didik saat proses pembelajaran berlangsung.
Guru juga diharapkan mampu membimbing peserta didik agar berhasil dalam pencapaian belajarnya, dengan menggunakan berbagai macam cara yang telah disiapkan seorang guru, serta dengan melihat situasi yang ada di sekolah, sehingga mampu menggunakan sebuah metode yang cocok untuk kondisi yang ada di dalam kelas.
Yang lebih diutamakan dari seorang guru adalah sebuah kesabaran yang tinggi, dalam melaksanakan tugas mulianya, dan diharapkan bertanggung jawab terhadap ilmu yang telah disampaikan kepada peserta didik, serta dapat melaksanakan amanat dengan sebaik-baiknya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar