MAKALAH
MEMBIMBING
KEBERHASILAN PESERTA DIDIK
Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Profesi Kependidikan
Dosen
Pengampu : Dra. Ika Ernawati
Dwi
S. Nugroho 12144600030
Imam
Rofingi 12144600031
Tasino 12144600032
Bhakti
Prasetyo 12144600033
Dhedit
Soedjati 12144600034
Bayu
Dwi Santoso 12144600035
Dewi
Istikhomah 12144600036
Siti
Apriyani 12144600037
Fatchurahman 12144600038
Yuliningsih
12144600039
Wawan
Andi P. 12144600040
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga dalam menyusun makalah ini dapat
terselesaikan. Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah
studyProfesi Kependidikan. Kami berharap makalah ini dapat berguna
bagi kita semua.
Pada kesempatan kali
ini kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam proses pembuatan makalah
ini. Kami menyadari walaupun makalah ini sudah dibuat secara
maksimal, namun masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam hal yang
perlu disempurnakan. Untuk itu kami mohon maaf kepada pembaca apabila
terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini. Kami menerima kritik
dan saran serta petunjuk dari semua pihak untuk penyempurnaan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang
membutuhkan.
Yogyakarta, Mei 2013
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG
Dalam paradigma
baru,
guru adalah individu yang bertanggung jawab terhadap perkembangan
siswa dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi baik kognitif,
afektif dan psikomotorik, oleh sebab itu guru dipandang sebagai
faktor kunci keberhasilan siswa, karena ia berinteraksi secara
langsung dengan siswa dalam proses belajar.
Salah satu prinsip
dalam melaksanakan pendidikan adalah peserta didik secara aktif
mengambil bagian dalam kegiatan pendidikan yang dilaksanakan, dalam
proses mengajar atau pendidikan, peserta didik harus mempunyai
motivasi untuk mengikuti kegiatan belajar atau pendidikan yang sedang
berlangsung. Hanya apabila mempunyai motivasi yang kuat, peserta
didik akan menunjukkan minatnya, aktivitasnya dan partisipasinya
dalam mengikuti kegiatan belajar atau pendidikan yang sedang
dilaksanakan.
Keberhasilan belajar
siswa akan lebih memadai, apabila guru menerapkan peran bimbingan
dalam belajar mengajar, yang berupa upaya fasilitatif bagi
perkembangan kepribadian siswanya, serta upaya bimbingan lain untuk
membimbing siswa menentukan tujuan yang hendak dicapainya, membimbing
siswa dalam menilai keberhasilannya dalam mencapai tujuan.
Khusus dalam rangka
pendidikan guru, penerapan peran bimbingan oleh guru itu perlu
ditonjolkan karena siswa perlu menghayati secara wajar manfaat
bimbingan dalam proses belajar mengajar itu. Dengan demikian, setiap
guru seyogyanya bekerjasama dengan petugas bimbingan lainnya untuk
menyediakan diri membantu siswa secara individual, dalam mengambil
tanggungjawabnya guna mengembangkan dirinya sendiri.
Untuk membuat
pelajaran lebih mudah merupakan hal yang telah banyak dilakukan oleh
para pendidik. Dari siswa para pendidik telah menyadari bahwa proses
belajar banyak dipengaruhi oleh apa yang telah diketahui oleh siswa
sebelumnya, atau yang lebih dikenal dengan pengetahuan awal (prior
knowledge). Proses pendidikan di kelas berusaha untuk menjadi
jembatan yang dapat menghubungkan materi sekarang dengan materi yang
lalu. Sehingga kemampuan awal akan manjadi prasyarat untuk dapat
mempelajari materi pokok selanjutnya. Pada sisi lain ada upaya untuk
menjadikan pelajaran menjadi rangkaian langkah yang lebih sederhana
yang dapat dipelajari oleh siswa, pendidik selalu berusaha menjadikan
siswa sadar akan belajar mereka sendiri. Dalam dunia pendidikan tentu
saja tidak terlepas dari faktor belajar. Belajar adalah masalah
setiap orang
karena
kecakapan, pengetahuan, kebiasaan, keterampilan, kegemaran dan sikap
manusia terbentuk dan berkembang karena belajar. Belajar dapat
terjadi di lingkungan keluarga, masyarakat dan lembaga formal, akan
tetapi tidak semua siswa mempunyai kesadaran untuk belajar.
- RUMUSAN MASALAH
Adapun yang menjadi
rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah :
- Bagaimana hakikat seorang guru sebagai pembimbing peserta didik ?
- Usaha apa yang harus dilakukan seorang guru untuk membimbing peserta didik yang lambat belajar ?
- Usaha apa yang harus dilakukan seorang guru untuk membimbing siswa yang cerdas diatas normal
- Seperti apa gambaran individualism pembelajaran ?
- TUJUAN
Adapun yang menadi
tujuan penulisan makalah ini adalah :
- Kita diharapkan dapat mengetahui hakikat seorang guru sebagai pembimbing peserta didik.
- Kita dapat mengetahui usaha-saha yang harus ditempuh oleh seorang guru untuk membimbing keberhasilan peserta didik yang lambat belajar.
- Kita dapat mengetahui langkah - langkah apa saja yang ditempuh oleh seorang guru untuk membimbing keberhasilan peserta didik yang memiliki kecerdasan di atas normal.
- Mengetahui gambaran invidualisme pembelajaran.
BAB
II
PEMBAHASAN
- HAKIKAT SEORANG GURU SEBAGAI PEMBIMBING PESERTA DIDIK
Kompetensi yang
diperoleh seorang calon guru yang telah menempuh pendidikan di
perguruan tinggi. Calon guru tersebut ditempa dengan ilmu pengetahuan
berdasarkan kurikulum yang berlaku. Selama empat tahun, calon guru
tersebut berusaha memahami dan menjiwai bekal yang diberikan
dosennya. Ketika pendidikan guru akan selesai, calon guru harus
menunjukkan kompetensi mengajar di kelas dan menulis karya ilmiah
berupa skripsi. Setelah itu, barulah status sebagai guru telah
disandangnya.
Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa untuk menjadi seorang guru
tidaklah mudah. Beberapa proses harus dilalui. Ketika
menyandang status sebagai guru, kualitasnya telah dijamin oleh
perguruan tinggi. Barulah dalam perjalanan selanjutnya, ketika
berhadapan dengan para siswa dengan berbagai karakter, potensi, dan
kecerdasan, guru memang harus membuka cakrawala wawasannya lebih
luas. Perpaduan bekal sebagai guru dari perguruan tinggi dan adaptasi
terhadap kenyataan yang dihadapinya dalam proses pembelajaran, harus
dilakukan guru.
Siswa
adalah manusia yang memunyai aspek kognitif, sosial, emosi,
spiritual, dan lainnya, tidak dapat diperlakukan sama oleh guru.
Bagaimana guru bisa mengupayakan terjadi transformasi ilmu kepada
para siswanya dengan mudah. Hal itu berarti guru dituntut untuk
aktif dan dinamis, dengan menambah kualitas kompetensinya.
Beberapa cara dapat ditempuh, misalnya dengan menambah referensi
membaca dan mengajar, melanjutkan pendidikan strata selanjutnya ke
perguruan tinggi, memunyai kelompok guru mata pelajaran untuk selalu
bertukar informasi dan pengetahuan, dan masih banyak yang lain.
Keberhasilan
siswa dalam kehidupannya juga sebenarnya tidak lepas dari peran
seorang guru. Pengamat pendidikan mengatakan bahwa keberhasilan
pendidikan dapat dilihat dalam kurun waktu sepuluh tahun yang akan
datang. Sekarang cobalah lihat bagaimana karakter masyarakat
Indonesia saat ini. Moral dan pandangan hidup masyarakat Indonesia
tidak lebih baik. Banyak terjadi korupsi, kolusi, dan nepotisme dalam
berbagai aspek kehidupan. Kalau menggunakan pandangan ahli tentang
keberhasilan pendidikan, bisa kita lihat , bagaimana pendidikan
sepuluh tahun yang lalu dari berbagai jenjang pendidikan di
Indonesia.
Guru
sebagai pelaku pendidikan di sekolah, melakukan tugasnya berdasarkan
pedoman kurikulum yang ditetapkan pemerintah. Jadi, dalam hal ini
pemerintah memang memunyai peran dalam pendidikan. Guru sebagai
pelaku tunggal pengajar di kelas, memang pemegang tanggung jawab
tunggal terhadap keberhasilannya membimbing anak-anak didik. Bila
anak-anak tidak berhasil, gurulah yang bersalah.
Kesalahan
guru dapat meliputi ketika mengajar di kelas tidak ada persiapan
(guru tidak membuat perangkat mengajar), tidak menguasai materi
pelajaran yang akan disampaikan, tidak tepat dalam menggunakan metode
dan strategi pembelajaran di kelas, membuat soal-soal evaluasi yang
tidak sesuai atau tidak berdasar kisi-kisi soal, tidak menggunakan
media pembelajaran yang sesuai, dan sebagainya. Kesalahan guru
tersebut bila berlangsung rutin (setiap mengajar di kelas), dapat
dibayangkan dampaknya pada anak-anak didik.
Kompetensi
siswa tidak akan terbentuk dengan baik sehingga akan memengaruhi
dalam kehidupannya seumur hidup. Kalau berkaitan dengan kegagalan
dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, siswa akan tidak terampil
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Ketika siswa tersebut
nantinya berprofesi sebagai psikiater, ia akan bermasalah saat
menyimak keluhan pasien. Lain lagi saat profesinya sebagai pengacara,
ia akan bermasalah dalam hal berkomunikasi lisan. Saat berprofesi
sebagai dosen, siswa tersebut akan mengalami masalah ketika harus
membaca buku dan menulis karya ilmiah. Dengan demikian dapat
disimpulkan, guru ikut menentukan keberhasilan siswa.
Keberhasilan
pembelajaran di kelas, tidak lepas dari pemahaman guru terhadap
karakter anak-anak didik. Guru secara ikhlas dapat memberikan
motivasi kepada anak-anak didik yang membutuhkannya, yang terkadang
tidak diperolehnya dari orang tua maupun lingkungan keluarganya.
Pahamilah
kecerdasan mereka! Pahamilah kecenderungan otak kanan dan otak
kirinya! Pahamilah juga jenis modalitas belajar mereka, apakah
visual, audio, atau kinestetik? Dari ketiga hal tersebut, guru dengan
cerdas dapat menentukan strategi dan metode pembelajaran yang
sesuai dengan jenis kecerdasan, kecenderungan otak kanan dan kirinya,
serta modalitas belajar para siswa. Guru yang baik akan melakukan
hal-hal yang terbaik untuk anak-anak didiknya. Janganlah menjunjung
subjektivitas diri terhadap karakter dan kemampuan siswa. Ukurlah
siswa berdasarkan takarannya.
Keberhasilan
pembelajaran adalah keberhasilan peserta didik dalam membentuk
kompetensi dan mencapai tujuan, serta keberhasilan guru dalam
membimbing peserta didik dalam pembelajaran.
B.
MEMBIMBING
PESERTA DIDIK YANG LAMBAT BELAJAR
Slow
learning (lambat belajar), merupakan salah satu bentuk kesulitan
belajar. Peserta didik yang lamban belajar akan mengalami kesulitan
dalam mengikuti pembelajaran, menganalisa apa yang dipelajari, dan
mengalami kesulitan dalam memahami is pembelajaran serta sulit
membentuk kompetensi, dan mencapai pembelajaran yang diharapkan.
Kelambanan perkembangan ini disebabkan oleh tingkat kecerdasan atau
IQ di bawah rata-rata umum atau di bawah normal. Siswa yang slow
leaner juga sering mengalami kelambanan dalam pertumbuhan jasmaninya.
Tingkat
IQ seorang anak
:
130
keatas Pandai
sekali (genius)
110
– 129 Pandai
90
– 109 Rata-rata
atau normal
70
– 89 Kurang
pandai
50
– 69 Lemah
ingatan
30
– 49 Debiel
Kurang
dari 30 Imbeciel
–ideot
Anak-anak
yang digolongkan lambat belajar (slow leaner) adalah mereka yang
memiliki IQ antara 70 sampai dengan 90, yakni yang termasuk
klasifikasi kurang pandai.
Ciri-ciri
peserta didik lambat belajar :
a. Lamban
Peserta didik
kelompok lambat belajar lamban dalam menerima dan mengolah
pembelajaran, lamban dalam bekerja, lamban dalam memahami isi bacaan,
serta lamban dalam menganalisis, dan memecahkan masalah.
b.
Kurang
mampu
Peserta
didik yang lamban kurang mampu berkonsentrasi , berkomunikasi dengan
orang lain, mengemukakan pendapat, serta kurang kreatif, dan mudah
lupa.
c. Tidak
berprestasi
Peserta
didik lambat belajar prestasi akademisnya rendah dan hasil kerjanya
tidak memuaskan.
d. Motoriknya
lamban
Peserta
didik lambat belajar pada umumnya lamban dalam belajar
berjalan, terlambat dalam belajar berbicara serta gerakan- gerakan
ototnya kendor dan tidak lincah.
e. Perilaku
negatif.
Peserta
didik kelompok lambat belajar sering melakukan perilaku kurang baik,
kebiasaan jelek dan tidak produktif.
Untuk
memberikan bantuan dan bimbingan secara tepat, dan berhasil kepada
peserta didik yang lambat belajar, perlu dipahami berbagai hal yang
melatarbelakangi,
dengan
usaha antara lain :
a.
Studi
dokumentasi, mempelajari catatan-catatan pribadi, melalui :
- Buku catatan pribadi
- Dokumen perkembangan pribadi
- Catatan kesehatan
b. Mengumpulkan
data baru sebagai pelengkap.
Dalam
rangka memahami dan mengenal latar belakang peserta didik, sebagai
upaya melengkapi informasi yang sudah ada, perlu ditempuh cara lain
di samping mempelajari data pribadi peserta didik. Cara lain ini
dapat dilakukan melalui kegiatan sebagai berikut :
- Home visit (kunjungan rumah) Guru melakukan kunjungan ke rumah orang tua peserta didik untuk memahami situasi dan kondisi keluarga serta lingkungannya.
- Tes psikologi, untuk memahami kemampuan fisiknya
- Wawancara dengan orang tua dan temannya
- Observasi erhadap kegiatan peserta didik pada waktu bermain atau bekerja melakukan tugas kelompok untuk memahami hubungan sosial dengan teman- temannya.
Dari berbagai usaha
yang dilakukan di atas akan diperoleh data yang dapat menggambarkan
latar belakang peserta didik. Perlu disadari bahwa tidak semua data
yang diperoleh relevan dengan masalah, sehingga perlu dilakukan
seleksi data. Seleksi data ini perlu dilakukan untuk memilah dan
memilih data yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi dan
dipecahkan, dengan data yang kurang atau tidak menunjang atau tidak
berkaitan dengan masalah yang dihadapi.
Adapun
usaha- usaha yang dilakukan untuk membimbing peserta didik yang
lambat belajar adalah;
a.
Pemberian informasi tentang cara- cara belajar yang efektif, baik
cara belajar di sekolah maupun di rumah
b.
Bantuan
penempatan (placement), yakni penempatan peserta didik dalam
kelompok-kelompok kegiatan sesuai seperti kelompok belajar, kelompok
diskusi, dan kelompok kerja. Bantuan penempatan ini dapat pula
berfungsi sebagai perbaikan terhadap masalah dan kesulitan yang
dialami peserta didik.
c.
Mengadakan pertemuan dengan orang tua untuk melakukan konsultasi,
mendiskusikan kesulitan-kesulitan peserta didik serta mencari
cara-cara pemecahannya, terutama berkaitan dengan cara memberikan
dorongan agar peserta didik giat belajar, dan cara-cara melayani atau
memperlakukan peserta didik di rumah.
d.
Memberikan pembelajaran remidi (remidial teaching), yaitu mengadakan
pembelajaran kembali secara khusus bagi peserta didik yang lamban
untuk mengajarkan ketinggalan dari kawan-kawannya.
e.
Memberikan pembelajaran yang konkrit dan aktual
f.
Memberian layanan konseling bagi peserta didik yang menghadapai
kesulitan-kesulitan emosional, serta hambatan lain sesuai latar
belakang masing-masing.
g.
Memberikan perhatian khusus kepada peserta didik yang lamban, dan
berusaha membangkitkan motivasi dan kreativitas belajarnya misalnya
dengan melalui hadiah dan pujian.
C. MEMBIMBING
PESERTA DIDIK YANG CERDAS DI ATAS NORMAL
Peserta
didik yang tergolong cerdas adalah mereka yang memiliki IQ di atas
normal. Sistem pendidikan di Indonesia telah menyentuh anak-anak yang
luar biasa melalui sekolah-sekolah luar biasa atau sekolah khusus.
Namun demikian, sampai saat ini perhatian untuk menyelenggarakan
pendidikan khusus kepada anak luar biasa masih terbatas pada anak
luar
biasa di bawah normal.
Peserta
didik yang memiliki kecerdasan di atas normal terbagi menjadi dua
kelompok, yaitu:
a.
Kelompok pandai sekali, dengan 1Q 130 ke atas
b.
Kelompok
pandai dengan IQ 110- 130
Dua
kelompok ini dapat dikatakan luar biasa di atas normal dengan sifat-
sifat sebagai berikut:
a.
Belajar
berjalan dan bicara lebih awal dan cepat menguasai kosa kata dalam
jumlah yang banyak.
b. Pertumbuhan
jasmani lebih baik, otot-otot kuat, motoriknya gesit (lincah), dan
energik.
c.
Haus
akan ilmu pengetahuan, dan menyukai serta sering mengikuti berbagai
perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan.
d. Mampu
secara tepat menarik suatu generalisasi, dapat mengenal hubungan
antara fakta yang satu dengan fakta yang lain.
e. Cepat
dalam menerima, mengolah, memahami dan menguasai pembelajaran,
prestasinya baik sekali dalam seluruh bidang studi.
f.
Memiliki
rasa ingin tahu (natural curiousity) yang tinggi.
g.
Cepat
dan tepat dalam bertindak
h.
Kurang
sabar mengikuti hal- hal rutin dan monoton
i.
Cenderung
tidak memiliki gangguan nervus (mudah bingung)
j.
Daya
imajinasinya tinggi dan mampu berfikir abstrak
k.
Cepat
dalam bekerja dan menyelesaikan tugas sehingga banyak memiliki waktu
luang.
Beberapa
hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam membimbing peserta didik
yang cerdas di atas normal, yaitu:
a.
Perlu diupayakan untuk mengembangkan seluruh potensi peserta didik
agar memperoleh perkembangan yang optimal, sehingga dapat dicapai
kebahagiaan.
b.
Bimbingan yang diberikan harus sesuai dengan ciri-ciri khusus serta
kebutuhan peserta didik yang cepat belajar.
c.
Setiap sekolah harus diatur sedemikian rupa, sehingga tercipta
suasana yang aman dan nyaman, dan memungkinkan peserta didik cepat
belajar mengembangkan seluruh aspek pribadinya.
d.
Memberikan bimbingan jangan semata-mata menekankan pada perkembangan
aspek intelektualnya saja, tetapi perlu dikembangkan aspek lain
seperti sikap, nilai, mental, moral, emosional, sosial,
spiritual dan tanggung jawab.
e.
Perlu dikurangi kegagalan dan pemborosan sejauh mungkin dengan jalan
mendayagunakan seluruh bakat dan kecerdasan serta krestivitas peserta
didik.
Masalah-
masalah yang sering dihadapi peserta didik cepat belajar atau cerdas
di atas normal pada umumnya bersumber dari kondisi- kondisi sebagai
berikut:
a.
Kurang atau tidak adanya pengertian dari pihak pendidik (guru, orang
tua, kepala sekolah, konselor), mereka tidak mengerti bagaimana
memperlakukan peserta didik yang cerdas.
b.
Kurang adanya perhatian dari pihak pendidik. Perhatian pendidik
umunya ditujukan kepada peserta didik yang normal, dan peserta didik
yang lambat belajar.
c.
Anggapan yang keliru dari pendidik bahwa peserta didik yang cerdas
akan mampu atau bisa memelihara, menjaga, dan mengembangkan dirinya
sendiri tanpa bombingan orang lain.
d.
Kurang tanggap guru terhadap perilaku peserta didik yang cerdas,
bahkan sering dianggap mengganggu pembelajaran, atua mencemoohkan
guru. Misalnya mengajukan pertanyaan yang di luar kemempuan guru
untuk menjawabnya.
Peserta
didik yang tergolong cerdas di atas normal tidak berbeda dengan teman
lain, dalam arti sebenarnya mereka juga memerlukan perhatian,
perhargaan dan kasih sayang, karena hal tersebut merupakan sebagian
dari kebutuhan pokok (basic needs). Namun demikian, dalam kenyataan
apa yang dilakukan oleh pendidik baik orang tua maupun guru kurang
sekali perhatian kepada mereka. Hal ini disebabkan oleh
ketidakmengertian guru dan orang tua tentang cara memperlakukan anak
serta adanya anggapan yang keliru seperti disebutkan di atas. Jika
peserta didik cerdas tidak diperhatiakn oleh pendidik, maka akan
timbul beberapa reaksi sebagai berikut:
- Melarikan diri, pendiam, bersifat introvert, reaksi negatif (withdraw)
- Mencari perhatian (making attention). Dalam usaha untuk mencari perhatian dari pendidik setelah selesai mengerjakan tugas, maka adakalanya ditempuh dengan berteriak-teriak di kelas, membuat gaduh, menggoda teman, meledek guru, suka mondar-mandir .
- Berpura-pura bodoh. Hal ini dilakukan untuk menghindari disuruh mengajar teman-temannya.
Adapun
usaha- usaha yang dilakukan untuk membimbing peserta didik yang
memiliki kecerdasan di atas normal, yaitu:
a. Usaha percepatan
(akselerasi), memeberikan pembelajaran dengan sistem modul,
memberikan
kesempatan kepada siswa cepat belajar menyelesaikan modul
sebanyak-banyaknya, tanpa menunggu kawan yang lain. Atau memberikan
naik kelas meloncat.
b. Menyediakan
sekolah khusus yang menampung anak-anak cerdas atau berkualitas
tinggi, sehingga mereka akan mendapatkan kesempatan yang
seluas-luasnya untuk mengembangkan kemampuannya.
c.
Jika terpaksa terpaksa anak harus terintegrasi dengan anak-anak
normal, maka kepadanya perlu diberi kesempatan untuk memperdalam, dan
memperkaya pengetahuannya.
d. Menyalurkan
kemampuan peserta didik dalam kegiatan-kegiatan ilmiah,mengikut
sertakan dalam lomba karya ilmiah dengan demikian kelebihan energi
yang dimiliki oleh peserta didik yang cerdas di atas normal dapat
disalurkan dan akan bermanfaat.
e. Melibatkan
dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengikuti
aktivitas-aktivitas organisasi dan sosial.
f.
Untuk mengurangi rasa superior (harga diri berlebih), sebaiknya guru
dalam memberikan tugas dilakukan secara proporsional.
g.
Pada saat tertentu guru hendaknya memberikan reinforcement pada
peserta didik yang cerdas, hai ini dilakukan untuk meningkatkan
semangat atau motivasi untuk lebih berprestasi lagi.
D. INDIVIDUALISME
PEMBELAJARAN
Untuk menciptakan
suasana pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan,
hendaknya pembelajaran tidak terbatas pada pembelajaran yang klasikal
saja atau pembelajaran massal, apalagi terbatas pada empat dinding
kelas, tetapi perlu diupayakan pembelajaran yang mengarah kepada
pengajaran individual. Sehubungan dengan itu, guru perlu melakukan
upaya-upaya untuk melakukan individualisasi pembelajaran.
Individualisasi pembelajaran dimaksudkan sebagai bentuk pembelajaran
yang dapat melayani perbedaan peserta didik dan sesuai dengan
kemampuan, tempo belajar, minat, dan nafsu belajar masing-masing.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Seorang
guru harus mempunyai kesiapan saat berhadapan dengan peserta didik.
Karena peserta didik yang berada di depan kita ternyata memiliki
berbagai macam perbedaan antara satu dengan yang lainnya.
Beberapa
hal yang harus diperhatikan bagi seorang guru adalah dari tingkat IQ
anak yang berbeda-beda, dari yang tertinggi sampai terendah. Hal ini
sangat mempengaruhi keberhasilan seorang guru dalam membimbing
peserta didik saat proses pembelajaran berlangsung.
Guru
juga diharapkan mampu membimbing peserta didik agar berhasil dalam
pencapaian belajarnya, dengan menggunakan berbagai macam cara yang
telah disiapkan seorang guru, serta dengan melihat situasi yang ada
di sekolah, sehingga mampu menggunakan sebuah metode yang cocok untuk
kondisi yang ada di dalam kelas.
Yang
lebih diutamakan dari seorang guru adalah sebuah kesabaran yang
tinggi, dalam melaksanakan tugas mulianya, dan diharapkan bertanggung
jawab terhadap ilmu yang telah disampaikan kepada peserta didik,
serta dapat melaksanakan amanat dengan sebaik-baiknya.
0 komentar:
Posting Komentar