SISTEM NILAI di ERA DEGRADASI MORAL

Sistem Nilai Pancasila di Era Degradasi Moral

Oleh : Yuliningsih *)

Sistem Nilai sebagai Pedoman Kehidupan Bermasyarakat dan Bernegara
Sistem nilai adalah konsep atau gagasan yang menyeluruh mengenai apa yang hidup dalam pemikiran seseorang atau sebagian besar masyarakat tentang apa yang dipandang baik, berharga, dan penting dalam kehidupan. Sebagai sistem nilai, Pancasila merupakan kesatuan dari bagian-bagian. Pancasila mengandung serangkaian nilai yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.
Sistem nilai di dalam Pancasila merupakan landasan dasar serta motivasi atas segala perbuatan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Pancasila sebagai suatu sistem nilai masuk dalam nilai moral dan nilai-nilai dasar yang bersifat abstrak.
Kualitas Pancasila sebagai sistem nilai bersifat objektif dan subjektif. Bersifat objektif memiliki arti nilai-nilai tersebut dapat dipakai dan diakui oleh negara lain, dengan nama selain Pancasila.
*) Yuliningsih, Mahasiswa Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta
Bersifat subjektif artinya nilai-nilai Pancasila itu melekat pada pembawa dan pendukung nilai Pancasila itu sendiri yaitu masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia.

Sistem Nilai Pancasila dan Penerapannya
Pancasila berisi lima sila yang pada hakikatnya berisi lima nilai dasar yang fundamental. Nilai dasar Pancasila adalah nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan. Penerapan masing-masing nilai dasar tersebut harus selalu dikembangkan dalam msyarakat, karena Pancasila merupakan ideologi negara dan dasar negara.
Sistem nilai dalam Pancasila tidak hanya menjadi landasan dalam berperilaku saja, akan tetapi nilai-nilai dasar Pancasila juga dipakai sebagai sumber norma hukum di Indonesia. Penerapannya adalah sebagai berikut, sistem hukum di Indonesia bersumber dan berlandaskan pada Pancasila sebagai norma dasar bernegara. Pancasila berkedudukan sebagai grundnorm (norma dasar) atau staat fundamental norm (norma fundamental negara) dalam jenjang norma hukum di Indonesia. Nilai-nilai dasar Pancasila akan dijabarkan dalam berbagai peraturan perundangan di Indonesia seperti ketetapan keputusan kebijaksanaan pemerintah dan program-program pembangunan.
Selanjutnya adalah penerapan nilai Pancasila sebagai sumber pembentukan norma etik atau norma moral. Norma etik tersebut selanjutnya dapat digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Rumusan norma etik yang bersumber pada Pancasila sebagai pedoman dalam berpikir, bersikap, dan bertingkah laku yang merupakan cerminan dari nilai-nilai keagamaan dan kebudayaan yang sudah mengakar dalam kehidupan bermasyarakat.


Nilai – Nilai Sistem Filsafat Pancasila Dalam Kehidupan Bernegara
Sistem nilai di dalam Pancasila merupakan hasil pemikiran, penilaian, dan refleksi filosofis bangsa Indonesia sendiri,maka dari itu sistem nilai Pancasila berbeda dengan sistem di negara lain.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia menjadi pedoman bangsa untuk mengatur aspek kehidupan berbangsa dan bernegara sekaligus menjadi cermin jati diri bangsa yang diyakini sebagai sumber nilai atas kebenaran, keadilan, kebaikan, dan kebijaksanaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pancasila merupakan nilai-nilai yang sesuai dengan hati nurani bangsa Indonesia, karena bersumber dari kepribadian bangsa. Sehingga dalam perjalanannya akan selaras dengan nilai-nilai pancasila.


Degradasi Nilai-Nilai Luhur Pancasila
 Pancasila sebagai ideologi negara semakin terdegradasi dan hilang dari hati urani masyarakat. Nilai-nilai Pancasila yang menekan kebhinekaan, multikulturalitas, dan keadilan juga sudah terusik. Aksi kekerasan dan anarkisme sudah menjadi pemandangan umum di berbagai daerah. Contoh lain degradasi nilai-nilai luhur Pancasila adalah maraknya tawuran dan kekerasan antar pelajar, kasus korupsi yang semakin hari semakin bertambah, lebih bangga menggunakan produk buatan luar negeri.
 Pemahaman pancasila secara lengkap dan utuh terutama dalam kaitannya dengan jati diri bangsa Indonesia sangat mutlak diperlukan. Karena  selain sebagai dasar Negara, Pancasila juga berfungsi sebagai pandangan hidup bangsa (way of life), jiwa, dan kepribadian bangsa serta sebagai perjanjian seluruh bangsa Indonesia pada waktu mendirikan Negara.
Masyarakat Sabagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia tentunya diharapkan mampu meresapi dan mengaktualisasikan nilai-nilai luhur pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Penyimpangan yang terjadi terhadap nilai luhur pancasila bukanlah kesalahan satu puhak saja. Tetapi lembaga yang terkait dengan penanaman nilai-nilai dasar pancasila juga turut bertanggung jawab.  tidaklah bijaksana menumpukan kesalahan pada pemerintah, remaja ataupun pihak-pihak terkait. Lebih bijaksana jika terlebih dahulu mengkaji kondisi dan problematika di dalamnya. Dan dari situ dapat diberikan solusi yang mudah diaplikasikan.

Wacana akhir
Dari pembahasan yang penulis ungkapkan diatas, dapat diambil kesimpulan Pancasila sebagai dasar Negara yang memuat sistem nilai harus dihayati dan dijiwai serta digunakan sebagai penunjuk arah semua kegiatan ataupun tingkah laku. Tiap-tiap sila yang ada merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Pancasila sebagai way of life sudah tidak sepenuhnya di amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Degradasi nilai-nilai luhur pancasila telah terjadi di kalangan masyarakat Indonesia.
Kecenderungan menganggap acuh dan sepele akan kehadiran pancasila diharapkan dapat ditinggalkan. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang beradab. Sikap yang didasari sistem nilai dapat dibiasakan dari tingkah laku dan hati nurani. Semoga essay ini dapat membuka pikiran akan pentingnya arti sebuah pancasila bagi kehidupan bangsa ini.

Daftar Pustaka
Rukiyati. 2008. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : UNY Press.
Kaelan. 2004. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : Paradigma.
Pratama, Putri oktaviani. 2012. Sistem nilai dalam Pancasila. (online) (http:/oktavianipratama.wordpress.com/matakuliah-umum/kewarganegaraan/pancasila-sebagai-sistem-nilai/,diakses tanggal 21 mei 2013 pukul 15.30)
Notonegoro.1983.Pancasila Secara Ilmiah Populer.Jakarta:PT Bina Aksara.
Winda, Safitri. 2012. Penyimpangan Nilai-Nilai Pancasila Dalam Kehidupan Sehari-Hari. (online) (http:safitriwinda-elf-.blogspot.com/2012/09/makalah-sumber-sumber-hukum-islam.html/,diakses tanggal 22 mei 2013 pukul 13.00.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

KETERAMPILAN BERBAHASA MENYIMAK

KETERAMPILAN MENYIMAK
  1.   HAKEKAT MENYIMAK
Menyimak merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2003 : 1066 ), menyimak adalah mendengarkan / memperhatikan baik – baik apa yang diucapkan atau dibaca orang. Sedangkan mendengar adalah menangkap suara/bunyi dengan telinga. Sementara yang dimaksud mendengarkan adalah mendengar akan sesuatu dengan sungguh – sungguh.
Perbedaan dari ketiga pengertian diatas dapat dijelaskan sebagai berikut, proses mendengar terjadi tanpa perencanaan atau dating secara kebetulan. Sementara dalam menyimak faktor kesengajaan cukup besar, lebih besar daripada mendengarkan karena dalam kegiatan menymak ada usaha memahami apa yang disampaikan pembicara, sedangkan dalam kegiatan mendengarkan tingkatan pemahaman belum dilakukan.
Seperti yang diungkapkan Bistok, (via Sutari, dkk, 1997:21) bahwa menyimak adalah suatu rentetan proses, mulai dari proses mengidentifikasi bunyi, menyusun penafsiran, menyimpan, dan menghubungkan penafsiran itu degan seluruh pengetahuan dan pengalaman.
Unsur dasar fundamental yang mewujudkan adanya kegiatan menyimak adalah : pembicara sebagai sumber pesan, penyimak sebagai penerima pesan, bahan simakan sebagai unsure konsep, dan bahasa lisan sebagai media (Sutari, dkk, 1997: 42). Menurut Tarigan (2006 : 98 ), faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan menyimak adalah sebagai berikut psikologis, pengalaman, sikap, motivasi, jenis kelamin, lingkungan, peranan dalam masyarakat.
Tujuan kegiatan menyimak pada umumnya adalah mendapatkan fakta, menganalisis fakta, menevaluasi fakta, atau informasi yang ada, mendapatkan inspirasi, mendapatkan hiburan, memperbaiki kemampuan berbicara. Perbedaan tujuan menyimak menyebabkan adanya ragam keterampilan menyimak.

  1. RAGAM MENYIMAK
Menurut Tarigan, secar garis besarketerampilan menyimak dibedakan menjadi dua macam yaitu : menyimak ekstensif, dan menyimak intensif.
  1. Menyimak ekstensif
Menyimak mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan langsung seorang guru.
Menyimak ekstensif terdiri dari :
  1. Menyimak Sosial
Atau menyimak konversasional adalah menyimak yang biasanya berlangsung dalam situasi sosial tempat orang mengobrol atau bercengkerama mengenai hal-hal menarik perhatian semua orang yang hadir dan saling mendengarkan untuk membuat response-responsi yang wajar, mengikuti hal-hal yang menarik, dan memperlihatkan perhatian yang wajar terhadap apa yang dikemukakan seorang rekan.
  1. Menyimak Sekunder
Kegiatan menyimak kebetulan ( casual listening ) dan secara ekstensif.
  1. Menyimak Estetik
Atau disebut menyimak apresiatif adalah fase terakhir kegiatan menyimak kebetulan dan termasuk ke dalam menyimak ekstensif.
  1. Menyimak Pasif
Penyerapan suatu ujaran tanpa upaya sadar yang biasanya menanadai upaya – upaya kita pada saat belajar dengan kurang teliti, tergesa-gesa, menghafal luar kepala, berlatih santai, serta menguasai sesuatu bahasa.
b. Menyimak Intensif
Menyimak yang pelaksanaanya diarahkan pada suatu kegiatan yang lebih diawasi, lebih dikontrol terhadap suatu hal tertentu.
Menyimak intensif terdiri dari beberapa jenis :
  1. Menyimak Kritis ( critical listening )
Sejenis kegiatan menyimak yang berupaya untuk mencari kekeliruan dan kesalahan bahkan juga butir-butir yang baik dan benar dari ujaran seorang pembicara, dengan alas an yang juat dan dapat diterima akal sehat.
  1. Menyimak kretif ( creative listening )
Sejenis kegiatan menyimak yang dapat mengakibatkan kesenangan rekonstruksi imajinatif para penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakan, serta perasaa-perasaan kinestetik yang disarankan oleh apa-apa yang disimaknya.
  1. Menyimak Eksploratif
Sejenis kegiatan menyimak dengan maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu lebih terarah dan sempit.
  1. Menyimak Interogatif ( interrogative listening )
Kegiatan menyimak yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian, dan pemilihan butir-butir dari ujaran sang pembicara, karena penyimak akan mengajukan sebanyak mungkin pertanyaan.
  1. Menyimak Selektif
Menyimak yang dilakukan sebagai pelengkap kegiatan menyimak pasif guna mengimbangi isolasi cultural dan tendensi kita untuk menginterpretasikan kembali semua yang kita dengar dengan bantuan bahasa yang telah kita ketahui.
  1. Menyimak Konsentratif ( concentratife listening )
Sering juga disebut a study-type atau menyimak yang kegiatannya sejenis dengan telaah. Kegiatan yang mencakup menyimak konsentratif adalah :
  1. Mengikuti petunjuk yang terdapat dalam pembicaraan.
  2. Mencari dan merasakan hubungan, seperti kelas, tempat, kulitas, waktu, urutan dan sebab akibat.
  3. Mendapatkan atau memperoleh butir-butir informasi tertentu.
  4. Memperoleh pengertian dan pemahaman yang mendalam.
  5. Merasakan serta menghayati ide sang pembicara, sasaran , dan organisasinya.
  6. Memahami urutan ide-ide sang pembicara.
  7. Mencari dan mencatat fakta-fakta penting.

  1. TEKNIK MENYIMAK
Menurut Brawn ( via Iskandarwassid, 2008 : 227-228 ), terdapat delapan proses dalam kegiatan menyimak yakni sebagai berikut :
  1. Pendengar memproses raw speech dan menyimpan image darinya dalam memori jangka pendek. Image ini berisi frasa, klausa, tanda-tanda baca, intonasi, dan pola-pola tekanan kata dari suatu rangkaian pembicaraan yang ia dengar.
  2. Pendengar menentukan tipe dalam setiap peristiwa yang sedang diproses. Pendengar, harus menentukan kembali apakah pembicaraan tadi berbentuk dialog, pidato, siaran radio, dll. Kemudian ia menginterpretasikan pesan yang diterima.
  3. Pendengar mencari maksud dan tujuan pembicara dengan mempertimbangkan bentuk dan jenis pembicaraan , konteks, dan isi.
  4. Pendengar me-recall latar belakang informasi melalui skema yang ia miliki sesuai dengan konteks subjek masalah yang ada. Pengalaman dan pengetahuan akan digunakan dalam membentuk hubungan untuk memberikan interpretasi yang tepat terhadap pesan yang disampaikan.
  5. Pendengar mencari arti literal dari pesan yang ia dengar. Proses ini melibatkan kegiatan interpretasi semantic.
  6. Pendengar menentukan arti yang dimaksud.
  7. Pendengar mempertimbangkan apakah informasi yang dia terima harus disimpan di dalam memorinya atau ditunda.
  8. Pendengar menghapus bentuk-bentuk pesan yang telah ia terima.

  1. TUJUAN MENYIMAK
Semi (1993 : 98 ) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran menyimak pada semua jenjang pendidikan pada dasarnya dibedakan menjadi dua, yaitu :
  1. Persepsi, yaitu ciri kognitif dari proses mendengarkan yang didasarkan pemahaman pengetahuan tentang kaidah – kaidah kebahasaan.
  2. Resepsi, yaitu pemahaman pesan atau penafsiran pesan yang dikehendaki oleh pembicara.
Apabila kedua hal tadi dijabarkan kembali, maka dapat dikemukakan bahwa tujuan pembelajaran menyimak adalah sebagai berikut :
  1. Siswa memiliki keterampilan mengenai segi kognitif tentang kaidah-kaidah kebahasaan.
  2. Siswa memiliki keterampilan mendengarkan dan mengamati dengan cermat apa yang diucapkan orang kepadanya.
  3. Siswa mampu mengingat hubungan apa yang sudah dan sedang dibicarakan orang kepadanya.
  4. Dapat menghayati dan menangkap bagian-bagian penting suatu pernyataan, sehingga dapat menjawab pertanyaan dengan tepat.
  5. Siswa mampu menghubungkan ide-ide yang berbeda dalam satu diskusi.

  1. TEKNIK PEMBELAJARAN MENYIMAK
Menurut Tarigan (1986:52-57) mengemukakan beberapa teknik dalam menyimak :
  1. Dengar – Ulang Ucap
Model ucapan yang akan diperdengarkan dipersiapkan secara cermat oleh guru. Isi model ucapan dapat berupa fonem, kata, kalimat, ungkapan, kata-kata mutiara, semboyan, dan puisi-puisi pendek. Model itu dapat disajikan dalam bentuk rekaman. Model itu disimak dan ditiru siswa.
  1. Dengar – Tulis (Dikte)
Dengar – Tulis (Dikte) mirip dengan Dengar – Ulang Ucap. Model ucapan yang digunakan Dengar – Ulang Ucap dapat digunakan dalam Dengar – Tulis. Dengar – Ulang Ucap menuntut reaksi bersifat lisan, sedangkan Dengar – Tulis menuntut reaksi bersifat tulisan.
  1. Dengar – Kerjakan
Model ucapan yang digunakan dalam metode ini bersifat perintah. Siswa yang menyimak isi ucapan merespons sesuai dengan intruksi. Reaksi biasanya dalam bentuk perbuatan.
  1. Dengar – Terka
Guru menyusun suatu deskripsi benda tanpa menyebutkan nama benda tersebut. Deskripsi dibacakan atau diputar dalam bentuk rekaman pada siswa. Siswa menyimak teks lisan dengan seksama kemudian menerka isinya.
  1. Memperluas kalimat
Guru menyebutkan sebuah kalimat. Siswa mengucapkan kembali kalimat tersebut. Kembali guru mengulangi kalimat tadi. Kemudian guru mengucapkan kata atau kelompok kata lain. Siswa melengkapi kalimat tadi dengan kelompok kata yang disebutkan terakhir oleh guru. Hasilnya adalah kalimat yang diprluas.
  1. Menemukan Benda
Guru mengumpulkan sejumlah benda. Benda-benda tersebut sebaiknya sudah dikenal oleh para siswa. Benda-benda itu dimasukkan ke dalam sebuah kotak terbuka. Kemudian guru menyebutkan nama suatu benda. Siswa mencari benda yang baru diucapkan guru. Bila keduanya sudah ditemukan kemudian ditunjukkan kepada guru.
  1. Siman Berkata
Seorang siswa berperan sebagai Siman dan maju kedepan kelas. Setiap Siman berkata, “….” siswa lainnya menurutinya. Tetapi Siman hanya mengucapkan ‘….’ siswa lain tidak boleh mengikutinya. Kecermatan menyimak ucapan Siman menentukan pemberian reaksi yang tepat atau yang salah. Siswa yang salah mendapat hukuman.
  1. Bisik Berantai
Guru membisikkan kalimat yang kepada siswa yang paling depan atau pertama. Siswa tersebut menyampaikan kalimat tadi dengan cara membisikannya ke telinga siswa berikutnya. Demikian seterusnya sampai siswa terakhir. Siswa terakhir mengucapkan kalimat tadi dengan suara nyaring atau boleh juga siswa terakhir menuliskan kalimat tadi di papan tulis.
  1. Identifikasi Kata Kunci
Kata-kata yang mewakili isi keseluruhan kalimat, paragraf, atau wacana disebut dengan kata kunci atau “key word”. Menyimak isi kalimat yang panjang atau paragraf atau wacana yang pendek tidak perlu menagkap semua kata yang ada. Cukup diingat beberapa kata kunci yang merupakan inti pembicaraan. Melalui perakitan kata kunci menjadi kalimat-kalimat utuh kita sampaipada isi singkat bahan simakan.
  1. Identifikasi Kalimat Topik
Setiap paragraf mengandung minimal dua unsur. Pertama adalah kalimat topik, kedua adalah kalimat pengembang. Posisi kalimat topik mungkin berada di depan, di bagian akhir paragraf. Bahkan kadang juga ditemukan di bagian tengah paragraf. Memahami paragraf atau wacana yang dilisankan berarti mencari dan memahami kalimat topik setiap paragraf.
  1. Menyingkat / Merangkum
Menyingkat / Merangkum berarti merangkum bahan yang panjang menjadi sedikit mungkin. Namun yang sedikit itu dapat mewakili yang panjang.
  1. Parafrase
Suatu cara yang biasanya digunakan orang dalam memahami isi puisi adalah dengan cara mengutarakan isi puisi dengan kata-kata sendiri dalam bentuk prosa. Puisi yang sudah direkam atau dibacakan guru diperdengarkan kepada siswa. Siswa menyimak isinya dan mengutarakan kembali dalam bentuk prosa.
  1. Menjawab Pertanyaaan
Cara lain untuk megajarkan menyimak adalah melalui latihan menjawab pertanyaan, apa, siapa, mengapa, dimana, mana, dan bilamana yang diajukan kepada bahan simakan. Untuk menetapkan pemahaman pelaksanaan cara ini maka latihan diadakan bertahap, satu demi satu dan terakhir semuanya sekaligus.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS