SISTEM NILAI di ERA DEGRADASI MORAL

Sistem Nilai Pancasila di Era Degradasi Moral

Oleh : Yuliningsih *)

Sistem Nilai sebagai Pedoman Kehidupan Bermasyarakat dan Bernegara
Sistem nilai adalah konsep atau gagasan yang menyeluruh mengenai apa yang hidup dalam pemikiran seseorang atau sebagian besar masyarakat tentang apa yang dipandang baik, berharga, dan penting dalam kehidupan. Sebagai sistem nilai, Pancasila merupakan kesatuan dari bagian-bagian. Pancasila mengandung serangkaian nilai yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.
Sistem nilai di dalam Pancasila merupakan landasan dasar serta motivasi atas segala perbuatan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Pancasila sebagai suatu sistem nilai masuk dalam nilai moral dan nilai-nilai dasar yang bersifat abstrak.
Kualitas Pancasila sebagai sistem nilai bersifat objektif dan subjektif. Bersifat objektif memiliki arti nilai-nilai tersebut dapat dipakai dan diakui oleh negara lain, dengan nama selain Pancasila.
*) Yuliningsih, Mahasiswa Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Yogyakarta
Bersifat subjektif artinya nilai-nilai Pancasila itu melekat pada pembawa dan pendukung nilai Pancasila itu sendiri yaitu masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia.

Sistem Nilai Pancasila dan Penerapannya
Pancasila berisi lima sila yang pada hakikatnya berisi lima nilai dasar yang fundamental. Nilai dasar Pancasila adalah nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan. Penerapan masing-masing nilai dasar tersebut harus selalu dikembangkan dalam msyarakat, karena Pancasila merupakan ideologi negara dan dasar negara.
Sistem nilai dalam Pancasila tidak hanya menjadi landasan dalam berperilaku saja, akan tetapi nilai-nilai dasar Pancasila juga dipakai sebagai sumber norma hukum di Indonesia. Penerapannya adalah sebagai berikut, sistem hukum di Indonesia bersumber dan berlandaskan pada Pancasila sebagai norma dasar bernegara. Pancasila berkedudukan sebagai grundnorm (norma dasar) atau staat fundamental norm (norma fundamental negara) dalam jenjang norma hukum di Indonesia. Nilai-nilai dasar Pancasila akan dijabarkan dalam berbagai peraturan perundangan di Indonesia seperti ketetapan keputusan kebijaksanaan pemerintah dan program-program pembangunan.
Selanjutnya adalah penerapan nilai Pancasila sebagai sumber pembentukan norma etik atau norma moral. Norma etik tersebut selanjutnya dapat digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Rumusan norma etik yang bersumber pada Pancasila sebagai pedoman dalam berpikir, bersikap, dan bertingkah laku yang merupakan cerminan dari nilai-nilai keagamaan dan kebudayaan yang sudah mengakar dalam kehidupan bermasyarakat.


Nilai – Nilai Sistem Filsafat Pancasila Dalam Kehidupan Bernegara
Sistem nilai di dalam Pancasila merupakan hasil pemikiran, penilaian, dan refleksi filosofis bangsa Indonesia sendiri,maka dari itu sistem nilai Pancasila berbeda dengan sistem di negara lain.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia menjadi pedoman bangsa untuk mengatur aspek kehidupan berbangsa dan bernegara sekaligus menjadi cermin jati diri bangsa yang diyakini sebagai sumber nilai atas kebenaran, keadilan, kebaikan, dan kebijaksanaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pancasila merupakan nilai-nilai yang sesuai dengan hati nurani bangsa Indonesia, karena bersumber dari kepribadian bangsa. Sehingga dalam perjalanannya akan selaras dengan nilai-nilai pancasila.


Degradasi Nilai-Nilai Luhur Pancasila
 Pancasila sebagai ideologi negara semakin terdegradasi dan hilang dari hati urani masyarakat. Nilai-nilai Pancasila yang menekan kebhinekaan, multikulturalitas, dan keadilan juga sudah terusik. Aksi kekerasan dan anarkisme sudah menjadi pemandangan umum di berbagai daerah. Contoh lain degradasi nilai-nilai luhur Pancasila adalah maraknya tawuran dan kekerasan antar pelajar, kasus korupsi yang semakin hari semakin bertambah, lebih bangga menggunakan produk buatan luar negeri.
 Pemahaman pancasila secara lengkap dan utuh terutama dalam kaitannya dengan jati diri bangsa Indonesia sangat mutlak diperlukan. Karena  selain sebagai dasar Negara, Pancasila juga berfungsi sebagai pandangan hidup bangsa (way of life), jiwa, dan kepribadian bangsa serta sebagai perjanjian seluruh bangsa Indonesia pada waktu mendirikan Negara.
Masyarakat Sabagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia tentunya diharapkan mampu meresapi dan mengaktualisasikan nilai-nilai luhur pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Penyimpangan yang terjadi terhadap nilai luhur pancasila bukanlah kesalahan satu puhak saja. Tetapi lembaga yang terkait dengan penanaman nilai-nilai dasar pancasila juga turut bertanggung jawab.  tidaklah bijaksana menumpukan kesalahan pada pemerintah, remaja ataupun pihak-pihak terkait. Lebih bijaksana jika terlebih dahulu mengkaji kondisi dan problematika di dalamnya. Dan dari situ dapat diberikan solusi yang mudah diaplikasikan.

Wacana akhir
Dari pembahasan yang penulis ungkapkan diatas, dapat diambil kesimpulan Pancasila sebagai dasar Negara yang memuat sistem nilai harus dihayati dan dijiwai serta digunakan sebagai penunjuk arah semua kegiatan ataupun tingkah laku. Tiap-tiap sila yang ada merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Pancasila sebagai way of life sudah tidak sepenuhnya di amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Degradasi nilai-nilai luhur pancasila telah terjadi di kalangan masyarakat Indonesia.
Kecenderungan menganggap acuh dan sepele akan kehadiran pancasila diharapkan dapat ditinggalkan. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang beradab. Sikap yang didasari sistem nilai dapat dibiasakan dari tingkah laku dan hati nurani. Semoga essay ini dapat membuka pikiran akan pentingnya arti sebuah pancasila bagi kehidupan bangsa ini.

Daftar Pustaka
Rukiyati. 2008. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : UNY Press.
Kaelan. 2004. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : Paradigma.
Pratama, Putri oktaviani. 2012. Sistem nilai dalam Pancasila. (online) (http:/oktavianipratama.wordpress.com/matakuliah-umum/kewarganegaraan/pancasila-sebagai-sistem-nilai/,diakses tanggal 21 mei 2013 pukul 15.30)
Notonegoro.1983.Pancasila Secara Ilmiah Populer.Jakarta:PT Bina Aksara.
Winda, Safitri. 2012. Penyimpangan Nilai-Nilai Pancasila Dalam Kehidupan Sehari-Hari. (online) (http:safitriwinda-elf-.blogspot.com/2012/09/makalah-sumber-sumber-hukum-islam.html/,diakses tanggal 22 mei 2013 pukul 13.00.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

KETERAMPILAN BERBAHASA MENYIMAK

KETERAMPILAN MENYIMAK
  1.   HAKEKAT MENYIMAK
Menyimak merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (2003 : 1066 ), menyimak adalah mendengarkan / memperhatikan baik – baik apa yang diucapkan atau dibaca orang. Sedangkan mendengar adalah menangkap suara/bunyi dengan telinga. Sementara yang dimaksud mendengarkan adalah mendengar akan sesuatu dengan sungguh – sungguh.
Perbedaan dari ketiga pengertian diatas dapat dijelaskan sebagai berikut, proses mendengar terjadi tanpa perencanaan atau dating secara kebetulan. Sementara dalam menyimak faktor kesengajaan cukup besar, lebih besar daripada mendengarkan karena dalam kegiatan menymak ada usaha memahami apa yang disampaikan pembicara, sedangkan dalam kegiatan mendengarkan tingkatan pemahaman belum dilakukan.
Seperti yang diungkapkan Bistok, (via Sutari, dkk, 1997:21) bahwa menyimak adalah suatu rentetan proses, mulai dari proses mengidentifikasi bunyi, menyusun penafsiran, menyimpan, dan menghubungkan penafsiran itu degan seluruh pengetahuan dan pengalaman.
Unsur dasar fundamental yang mewujudkan adanya kegiatan menyimak adalah : pembicara sebagai sumber pesan, penyimak sebagai penerima pesan, bahan simakan sebagai unsure konsep, dan bahasa lisan sebagai media (Sutari, dkk, 1997: 42). Menurut Tarigan (2006 : 98 ), faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan menyimak adalah sebagai berikut psikologis, pengalaman, sikap, motivasi, jenis kelamin, lingkungan, peranan dalam masyarakat.
Tujuan kegiatan menyimak pada umumnya adalah mendapatkan fakta, menganalisis fakta, menevaluasi fakta, atau informasi yang ada, mendapatkan inspirasi, mendapatkan hiburan, memperbaiki kemampuan berbicara. Perbedaan tujuan menyimak menyebabkan adanya ragam keterampilan menyimak.

  1. RAGAM MENYIMAK
Menurut Tarigan, secar garis besarketerampilan menyimak dibedakan menjadi dua macam yaitu : menyimak ekstensif, dan menyimak intensif.
  1. Menyimak ekstensif
Menyimak mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan langsung seorang guru.
Menyimak ekstensif terdiri dari :
  1. Menyimak Sosial
Atau menyimak konversasional adalah menyimak yang biasanya berlangsung dalam situasi sosial tempat orang mengobrol atau bercengkerama mengenai hal-hal menarik perhatian semua orang yang hadir dan saling mendengarkan untuk membuat response-responsi yang wajar, mengikuti hal-hal yang menarik, dan memperlihatkan perhatian yang wajar terhadap apa yang dikemukakan seorang rekan.
  1. Menyimak Sekunder
Kegiatan menyimak kebetulan ( casual listening ) dan secara ekstensif.
  1. Menyimak Estetik
Atau disebut menyimak apresiatif adalah fase terakhir kegiatan menyimak kebetulan dan termasuk ke dalam menyimak ekstensif.
  1. Menyimak Pasif
Penyerapan suatu ujaran tanpa upaya sadar yang biasanya menanadai upaya – upaya kita pada saat belajar dengan kurang teliti, tergesa-gesa, menghafal luar kepala, berlatih santai, serta menguasai sesuatu bahasa.
b. Menyimak Intensif
Menyimak yang pelaksanaanya diarahkan pada suatu kegiatan yang lebih diawasi, lebih dikontrol terhadap suatu hal tertentu.
Menyimak intensif terdiri dari beberapa jenis :
  1. Menyimak Kritis ( critical listening )
Sejenis kegiatan menyimak yang berupaya untuk mencari kekeliruan dan kesalahan bahkan juga butir-butir yang baik dan benar dari ujaran seorang pembicara, dengan alas an yang juat dan dapat diterima akal sehat.
  1. Menyimak kretif ( creative listening )
Sejenis kegiatan menyimak yang dapat mengakibatkan kesenangan rekonstruksi imajinatif para penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakan, serta perasaa-perasaan kinestetik yang disarankan oleh apa-apa yang disimaknya.
  1. Menyimak Eksploratif
Sejenis kegiatan menyimak dengan maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu lebih terarah dan sempit.
  1. Menyimak Interogatif ( interrogative listening )
Kegiatan menyimak yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian, dan pemilihan butir-butir dari ujaran sang pembicara, karena penyimak akan mengajukan sebanyak mungkin pertanyaan.
  1. Menyimak Selektif
Menyimak yang dilakukan sebagai pelengkap kegiatan menyimak pasif guna mengimbangi isolasi cultural dan tendensi kita untuk menginterpretasikan kembali semua yang kita dengar dengan bantuan bahasa yang telah kita ketahui.
  1. Menyimak Konsentratif ( concentratife listening )
Sering juga disebut a study-type atau menyimak yang kegiatannya sejenis dengan telaah. Kegiatan yang mencakup menyimak konsentratif adalah :
  1. Mengikuti petunjuk yang terdapat dalam pembicaraan.
  2. Mencari dan merasakan hubungan, seperti kelas, tempat, kulitas, waktu, urutan dan sebab akibat.
  3. Mendapatkan atau memperoleh butir-butir informasi tertentu.
  4. Memperoleh pengertian dan pemahaman yang mendalam.
  5. Merasakan serta menghayati ide sang pembicara, sasaran , dan organisasinya.
  6. Memahami urutan ide-ide sang pembicara.
  7. Mencari dan mencatat fakta-fakta penting.

  1. TEKNIK MENYIMAK
Menurut Brawn ( via Iskandarwassid, 2008 : 227-228 ), terdapat delapan proses dalam kegiatan menyimak yakni sebagai berikut :
  1. Pendengar memproses raw speech dan menyimpan image darinya dalam memori jangka pendek. Image ini berisi frasa, klausa, tanda-tanda baca, intonasi, dan pola-pola tekanan kata dari suatu rangkaian pembicaraan yang ia dengar.
  2. Pendengar menentukan tipe dalam setiap peristiwa yang sedang diproses. Pendengar, harus menentukan kembali apakah pembicaraan tadi berbentuk dialog, pidato, siaran radio, dll. Kemudian ia menginterpretasikan pesan yang diterima.
  3. Pendengar mencari maksud dan tujuan pembicara dengan mempertimbangkan bentuk dan jenis pembicaraan , konteks, dan isi.
  4. Pendengar me-recall latar belakang informasi melalui skema yang ia miliki sesuai dengan konteks subjek masalah yang ada. Pengalaman dan pengetahuan akan digunakan dalam membentuk hubungan untuk memberikan interpretasi yang tepat terhadap pesan yang disampaikan.
  5. Pendengar mencari arti literal dari pesan yang ia dengar. Proses ini melibatkan kegiatan interpretasi semantic.
  6. Pendengar menentukan arti yang dimaksud.
  7. Pendengar mempertimbangkan apakah informasi yang dia terima harus disimpan di dalam memorinya atau ditunda.
  8. Pendengar menghapus bentuk-bentuk pesan yang telah ia terima.

  1. TUJUAN MENYIMAK
Semi (1993 : 98 ) mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran menyimak pada semua jenjang pendidikan pada dasarnya dibedakan menjadi dua, yaitu :
  1. Persepsi, yaitu ciri kognitif dari proses mendengarkan yang didasarkan pemahaman pengetahuan tentang kaidah – kaidah kebahasaan.
  2. Resepsi, yaitu pemahaman pesan atau penafsiran pesan yang dikehendaki oleh pembicara.
Apabila kedua hal tadi dijabarkan kembali, maka dapat dikemukakan bahwa tujuan pembelajaran menyimak adalah sebagai berikut :
  1. Siswa memiliki keterampilan mengenai segi kognitif tentang kaidah-kaidah kebahasaan.
  2. Siswa memiliki keterampilan mendengarkan dan mengamati dengan cermat apa yang diucapkan orang kepadanya.
  3. Siswa mampu mengingat hubungan apa yang sudah dan sedang dibicarakan orang kepadanya.
  4. Dapat menghayati dan menangkap bagian-bagian penting suatu pernyataan, sehingga dapat menjawab pertanyaan dengan tepat.
  5. Siswa mampu menghubungkan ide-ide yang berbeda dalam satu diskusi.

  1. TEKNIK PEMBELAJARAN MENYIMAK
Menurut Tarigan (1986:52-57) mengemukakan beberapa teknik dalam menyimak :
  1. Dengar – Ulang Ucap
Model ucapan yang akan diperdengarkan dipersiapkan secara cermat oleh guru. Isi model ucapan dapat berupa fonem, kata, kalimat, ungkapan, kata-kata mutiara, semboyan, dan puisi-puisi pendek. Model itu dapat disajikan dalam bentuk rekaman. Model itu disimak dan ditiru siswa.
  1. Dengar – Tulis (Dikte)
Dengar – Tulis (Dikte) mirip dengan Dengar – Ulang Ucap. Model ucapan yang digunakan Dengar – Ulang Ucap dapat digunakan dalam Dengar – Tulis. Dengar – Ulang Ucap menuntut reaksi bersifat lisan, sedangkan Dengar – Tulis menuntut reaksi bersifat tulisan.
  1. Dengar – Kerjakan
Model ucapan yang digunakan dalam metode ini bersifat perintah. Siswa yang menyimak isi ucapan merespons sesuai dengan intruksi. Reaksi biasanya dalam bentuk perbuatan.
  1. Dengar – Terka
Guru menyusun suatu deskripsi benda tanpa menyebutkan nama benda tersebut. Deskripsi dibacakan atau diputar dalam bentuk rekaman pada siswa. Siswa menyimak teks lisan dengan seksama kemudian menerka isinya.
  1. Memperluas kalimat
Guru menyebutkan sebuah kalimat. Siswa mengucapkan kembali kalimat tersebut. Kembali guru mengulangi kalimat tadi. Kemudian guru mengucapkan kata atau kelompok kata lain. Siswa melengkapi kalimat tadi dengan kelompok kata yang disebutkan terakhir oleh guru. Hasilnya adalah kalimat yang diprluas.
  1. Menemukan Benda
Guru mengumpulkan sejumlah benda. Benda-benda tersebut sebaiknya sudah dikenal oleh para siswa. Benda-benda itu dimasukkan ke dalam sebuah kotak terbuka. Kemudian guru menyebutkan nama suatu benda. Siswa mencari benda yang baru diucapkan guru. Bila keduanya sudah ditemukan kemudian ditunjukkan kepada guru.
  1. Siman Berkata
Seorang siswa berperan sebagai Siman dan maju kedepan kelas. Setiap Siman berkata, “….” siswa lainnya menurutinya. Tetapi Siman hanya mengucapkan ‘….’ siswa lain tidak boleh mengikutinya. Kecermatan menyimak ucapan Siman menentukan pemberian reaksi yang tepat atau yang salah. Siswa yang salah mendapat hukuman.
  1. Bisik Berantai
Guru membisikkan kalimat yang kepada siswa yang paling depan atau pertama. Siswa tersebut menyampaikan kalimat tadi dengan cara membisikannya ke telinga siswa berikutnya. Demikian seterusnya sampai siswa terakhir. Siswa terakhir mengucapkan kalimat tadi dengan suara nyaring atau boleh juga siswa terakhir menuliskan kalimat tadi di papan tulis.
  1. Identifikasi Kata Kunci
Kata-kata yang mewakili isi keseluruhan kalimat, paragraf, atau wacana disebut dengan kata kunci atau “key word”. Menyimak isi kalimat yang panjang atau paragraf atau wacana yang pendek tidak perlu menagkap semua kata yang ada. Cukup diingat beberapa kata kunci yang merupakan inti pembicaraan. Melalui perakitan kata kunci menjadi kalimat-kalimat utuh kita sampaipada isi singkat bahan simakan.
  1. Identifikasi Kalimat Topik
Setiap paragraf mengandung minimal dua unsur. Pertama adalah kalimat topik, kedua adalah kalimat pengembang. Posisi kalimat topik mungkin berada di depan, di bagian akhir paragraf. Bahkan kadang juga ditemukan di bagian tengah paragraf. Memahami paragraf atau wacana yang dilisankan berarti mencari dan memahami kalimat topik setiap paragraf.
  1. Menyingkat / Merangkum
Menyingkat / Merangkum berarti merangkum bahan yang panjang menjadi sedikit mungkin. Namun yang sedikit itu dapat mewakili yang panjang.
  1. Parafrase
Suatu cara yang biasanya digunakan orang dalam memahami isi puisi adalah dengan cara mengutarakan isi puisi dengan kata-kata sendiri dalam bentuk prosa. Puisi yang sudah direkam atau dibacakan guru diperdengarkan kepada siswa. Siswa menyimak isinya dan mengutarakan kembali dalam bentuk prosa.
  1. Menjawab Pertanyaaan
Cara lain untuk megajarkan menyimak adalah melalui latihan menjawab pertanyaan, apa, siapa, mengapa, dimana, mana, dan bilamana yang diajukan kepada bahan simakan. Untuk menetapkan pemahaman pelaksanaan cara ini maka latihan diadakan bertahap, satu demi satu dan terakhir semuanya sekaligus.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Hubungan PGRI denhan Luar Negeri


MAKALAH
HUBUNGAN PGRI dengan LUAR NEGERI
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ke-PGRI-an
Dosen Pengampu: Bp. Soepoyo
Oleh:
1. Agung Ariwibowo     (12144600021)
2. Fatchurahman            (12144600038)
3. Yuliningsih                (12144600039)

Kelas A1-12

PRORAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2013

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dalam menyusun makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah study ke-PGRI-an. Kami berharap makalah ini dapat berguna bagi kita semua.
Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam proses pembuatan makalah ini. Kami menyadari walaupun makalah ini sudah dibuat secara maksimal, namun masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam hal yang perlu disempurnakan. Untuk itu kami mohon maaf kepada pembaca apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini. Kami menerima kritik dan saran serta petunjuk dari semua pihak untuk penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Yogyakarta, April 2013

Penyusun





BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Sesuai dengan asas perjuangan nya, PGRI sejak permulaan berdiri nya sudah mulai berusaha mencari hubungan dengan organisasi - organisasi guru dan serikat -serikat buruh luar negeri. Pada masa permulaan revolusi dulu, hubungan tersebut hanya bisa diusahakan melalui surat - menyurat saja.
Di luar dugaan, tanggapan pertama datang dari Australia yang sekaligus menyampaikan undangan untuk berkunjung ke negerinya supaya wakil kita bisa memberi informasi tentang keadaan dan perjuangan RI di sana. Kemudian datang pula undangan perkenalan dari NEA untuk berkunjung ke Amerika, perkenalan tertulis tersebut menjadi permulaan hubungan PGRI dengan WOTP.
Pada akhir Juni 1952 diadakan kongres terakhir WOTP yang menghasilkan keputusan pembubaran WOTP dan mendirikan organisasi profesi keguruan sedunia yaitu WCOTP (World Confederation of Organization of the teaching Profesion) PGRI juga termasuk menjadi anggota dari organisasi tersebut.
Ketika hubungan PGRI antar instansi  ini dapat berjalan harmonis dan dinamis dengan sifat pedagogis, sosiologis dan produktif, maka diharapkan tercapai tujuan utama yaitu terlaksananya proses pendidikan di Indoesia secara produktif, efektif, efisien, dan berhasil sehingga menghasilkan out-put yang berkualitas secara inteletual, spiritual, dan sosial.


B.     RUMUSAN MASALAH
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Apakah yang dimaksud dengan PGRI sebagai organisasi yang bersifat kemitraan ?
2.      Bagaimana bentuk hubungan PGRI dengan luar negeri ?
3.      Bagaimana contoh hubungan PGRI dengan luar negeri ?
4.      Bagaimana bentuk kerja sama PGRI dengan luar negeri ?
C.    TUJUAN
 Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
1.      Untuk mengetahui sifat organisasi PGRI yang bersifat kemitraan.
2.      Untuk mengetahui bentuk hubungan PGRI dengan luar negeri.
3.      Untuk mengetahui contoh hubungan PGRI dengan luar negeri.
4.      Untuk mengetahui kerja sama PGRI dengan luar negeri.
D.    MANFAAT
Manfaat penulisan makalah ini adalah:
1.      Sebagai bahan kajian belajar dalam rangka meningkatkan prestasi diri pada khususnya dan meningkatkan kualitas pendidikan pada umumnya.
2.      Sebagai acuan dalam mengajar agar para peserta didik lebih berprestasi di masa depan.

E.      
BAB II
PEMBAHASAN

A.    PGRI Sebagai Organisasi yang Bersifat Kemitraan
Menurut etimologi (arti kata),  kemitraan adalah perihal hubungan (jalinan kerja sama) sebagai mitra. PGRI sebagai organisasi pejuang pendidik dan pendidik pejuang selalu berusaha menjalin serta mengembangkan kemitraan dalam bentuk kerjasama yang saling menguntungkan dengan berbagai pihak, bahkan PGRI sudah menjalin hubungan secara internasional.
Nilai – nilai yang dikembangkan berdasarkan kemitraan diantaranya adalah :
a.       Menumbuhkan semangat rasa persatuan dan kesatuan.
b.      Menumbuhkan rasa kesetiakawanan / solidaritas.
c.       Menerima, membantu, dan merasakan penderitaan orang lain.
d.      Peduli terhadap keadaan masyarakat.
B.     Bentuk Hubungan PGRI dengan Luar Negeri
Hubungan PGRI dengan  luar negeri sudah dapat dibuktikan sejak lahirnya PGRI. Pada periode tahun 1945 sampai 1950, perjuangan PGRI dititik beratkan melawan NICA-Belanda guna menyelamatkan perang kemerdekaan. Dalam usaha meningkatkan pendidikan dimulai dengan peralihan pendidikan yang bersifat kolonial ke pendidikan nasional.
Pada tahun 1950 terjadi 2 kongres PGRI yaitu kongres IV di Yogyakarta (Februari 1950) dan yang kedua kongres V (Desember 1950) di Bandung dalam usaha penataan kembali organisasi.
Tahun 1950 merupakan tahun persatuan karena akhirnya kongres itu membuat suatu “maklumat persatuan”. PGRI sebagai organisasi kemitraan, berupaya menumbuhkan rasa semangat persatuan dan kesatuan dengan membentuk suatu hubungan dengan luar negeri.
Dalam hubungannya dengan luar negeri, mulai 1948 menjalin kerjasama / hubungan dengan National Education Association (NEA), yaitu Persatuan Guru di Amerika Serikat. NEA mengundang PGRI untuk mengadakan peninjauan tentang perkembangan pendidikan di Amerika Serikat selama 8 bulan. PGRI juga mendapat undangan kongres II WCOTP (World Confideration of Organization of the Teaching Profession) yang kedua di London pada bulan Juli 1948.
PGRI sudah sejak lama telah memiliki hubungan yang luas dengan guru di luar negeri. Hubungan tersebut dapat meliputi hubungan kerjasama dalam tingkat regional dan internasional, diantaranya adalah:
1.      Tingkat Regional
a.       ASEAN Council of Teachers (ACT)
ASEAN Council of Teachers (ACT) merupakan organisasi yang berangotakan guru-guru negara ASEAN. Negara yang menjadi anggota ACT adalah Indonesia, Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Filipina, Thailand, Vietnam, Kamboja, dan Laos. PGRI memprakarsai berdirinya ASEAN Council of Teachers (ACT) tahun 1974.
b.      Pertemuan Guru-Guru Nusantara (PGN)
Pertemuan Guru-Guru Nusantara merupakan organisasi yang beranggotakan guru-guru yang terbentuk karena didasarkan pada budaya Melayu. Negara yang menjadi anggota PGN diantaranya adalah Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, dan Indonesia. PGRI memprakarsai Pertemuan Guru-Guru Nusantara (PGN) 1983 di Singapura yang dipimpin oleh Prof. Gazali Dunia dan Rusli Yunus.
2.      Tingkat Internasional
a.       Konvensi ILO/UNESCO
Tanggal 5 Oktober 1966 Konvensi ILO/UNESCO di Paris menghasilkan Status of Teachers (Status Guru Dunia). Pemerintah RI dan PGRI (HM Hidajat dan Ir. GB Dharmasetia) hadir dan menandatangani Konvensi ILO/UNESCO tersebut.
b.      Education International (EI)
Education International (EI) adalah suatu serikat pekerja atau organisasi guru dan personal pendidikan dengan 25.000.000 anggota. Mereka adalah para guru dan pekerja di sektor pendidikan dari tingkat pra-sekolah sampai perguruan tinggi yang berasal dari 311 organisasi di 155 negara. Di asia Pasifik EI mempunyai 68 anggota organisasi di 34 Negara, termasuk PGRI.
EI bertujuan untuk :
1. Melindungi hak profesional dan industrial dari para guru dan pekerja pendidikan.
2.  Mempromosikan perdamaian, demokrasi, keadilan sosial, dan persatuan kepada seluruh manusia si semua negara, melalui pembangunan pendidikan umum berkualitas bagi semua.
3.  Memerangi semua bentuk rasialisme dan diskriminasi dalam pendidikan dan masyarakat.
4.  Memberikan perhatian khusus bagi pembangunan peran kepengurusan dan keterwakilan wanita di masyarakat, dalam profesi mengajar, dan dalam organisasi guru dan pekerja pendidikan.
5.  Memastikan hak-hak kelompok kelompok yang terlemah seperti masyarakat pribumi, etnik minoritas, migran dan anak-anak. EI bertujuan dan bekerja untuk menghapuskan pekerja anak yang merupakan bagian penting dari hak asasi manusia.

EI dibentuk pada tahun 1993 sebagai hasil penggabungan antara The International Federation of Free Teacher Union (IFFTU) dan The World Confederation of Organizations of The Teaching Profession (WCOTP). Sekertariat pengurus EI bermarkas di Brussels, Belgia, yang dilengkapi dengan lima departemen yaitu: pendidikan, serikat sekerja, hak asasi manusia dan keadilan, pengembangan kerjasama, informasi dan administrasi.
Dengan jumlah anggota sebanyak 25 juta orang. EI menjadi sebuah ITS (International Trade Secretariate atau Sekretariat Serikat Pekerja Internasional) yang terbesar di dunia. EI berasosiasi dengan ICFTU (Internatioanal Confederation of Free Trade Union), yaitu sebuah konfederasi dari pusat-pusat serikat pekerja naional yang demokratis dan independent di tingkat dunia. Education International membangun hubungan kerja istimewa dengan sejumlah organisasi penting.
EI mempunyai hubungan kerja dengan UNESCO, termasuk IBE (international Buereau of Edication atau Biro Pendidikan Internasional) serta memiliki status konsultatif dengan United Nation Economics and Social Council (ECOSOC) atau Dewan Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa Bangsa.
Secara khusus, EI bekerjasama dalam pelaksanaan kegiatan bersama dengan WHO, UNAIDS, ILO, World Bank, dan Organization for Economic Cooperation and Development (OECD).
Hubungan tersebut memberikan kesempatan bagi EI dalam mempromosikan tujuan guru dan pekerja pendidikan di forum internasional dan dalam memberikan masukan dalam diskusi ketika sedang menyusun keputusan tentang kebijakan penting.
Program dan anggaran belanja EI diadopsi setiap tiga tahun oleh Kongres Dunia Education International, yang dihadiri  oleh semua organisasi anggota EI dan para pengamat dari organisasi internasional serta lembaga-lembaga antara negara. Resolusi kebijakan EI diadopsi dan Dewan Pimpinan Pusat dipilih di Kongres Dunia yang terakhir diselenggarakan di Jontien, Thailand, pada bulan Juli 2001.
Sekretariat Markas Besar atau Kantor Pusat EI teretak di Brussel Belgia. Kantor-kantor kawasan terletak di Afrika (Lome, Togo), Asia Pasific (Kuala Lumpur, Malaysia), dan Fiki, Eropa (Brussel, Belgia), Amerika Latin (San Jose, Cose Rica) dan Amerika Utara dan Karibia (santalucia). Setiap 3 tahun sekali di tiap-tiap kawasan diselenggarakan Konvereverensi Regional.

Tujuan PGRI mengikuti organisasi ini adalah:
1.      Memperkuat PGRI sebagai serikat pekerja guru.
2.      Membuat organisasi yang lebih demokratis, independen, transparan dan berkelanjutan.
PGRI mengikutsertakan dirinya dalam organisasi ini tentu memperoleh manfaat:
1.      Membuat kesadaran serikat buruh, good governance, transparansi dan akuntabilitas di semua tingkat organisasi.
2.      Untuk mendapatkan alokasi anggaran 20% oleh pemerintah untuk pendidikan di tingkat nasional dan daerah untuk dapat membahas masalah yang dihadapi oleh pendidikan, guru, anak-anak, dan untuk mencapai pendidikan berkualitas untuk semua
3.      Mempromosikan partisipasi perempuan dan pemimpin muda dalam proses pengambilan keputusan dan semua kegiatan serikat.
4.      Dibuat kolam pelatih terampil di tingkat kabupaten dan propinsi.
5.      Berkaitan dengan keuangan organisasi dan membuat organisasi mandiri secara finansial.
6.      Peningkatan proses komunikasi dalam organisasi antara tingkat nasional, provinsi dan kabupaten.
Keikutsertaan PGRI dalam organisasi ini dapat dibuktikan dengan lima tahun sekali Kongres PGRI berhasil dilaksanakan diantaranya di Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia, ditangani oleh Presiden Republik Indonesia dan Sekretaris Jenderal Pendidikan Internasional.
Tahun 2001 PB PGRI dan Ketua provinsi se Jawa Workshop EI di Anyer. Kemudian pada tahun 2003 menjadi 11 provinsi. Pada tahun 2004 menjadi 19 provinsi, pada tahun 2005 menjadi 22 provinsi. Penanggung jawab nasional Prof.Dr. HM Surya, Ketua Umum PB PGRI, sedangkan National Coordinator PGRI-EI Consortium Project :
1.      Tahun 2002 – 203, Drs. WDF Rindorindo
2.      Tahun 2004 – sekarang, HM Rusli Yunus.
3.      Tahun 2006 Koordinator Nasional (HM Rusli Yunus) didampingi Koordinator Pelaksana (Ir.Abdul Azis Hoesein, MEngSc)
Menurut Arlan Larnaca (2011), terdapat beberapa hasil dari jalinan kemitraan internasional tersebut, antara lain :
1.      Adanya bantuan dari EI melalui konsorsium organisasi guru Swedia, Kanada, AS, Jepang, Australia.
2.      Ketua Umum PB-PGRI duduk dalam kepengurusan EI untuk kawasan Asia-Pasifik.
3.      Perjuangan PGRI telah masuk dalam salah satu resolusi Konferensi EI Asia-Pasifik di india pada tahun 2000 dan kongres Guru se Dunia di Thailand tahun 2001.
4.      Dalam konfensi ACT di Thailand, Hanoi, dan Brunei Darussalam, PGRI berperan secara aktif dalam penyajian materi.
5.      PGRI telah menyampaikan kertas kerja dalam Pertemuan Guru Nusantara (PGN) di Brunei Darussalam tahun 2002.
6.      Ketua umum PB PGRI mendapat kehormatan untuk menjadi salah seorang pembicara dalam beberapa konferensi Internasional.
7.      Kerjasama bilateral telah terbina dengan STU (Singapura), Kurusapha (Thailand), JTU (Jepang), KFTA (korea selatan), AEU (Australia), dan NUTP (Malaysia).


C.    Contoh – Contoh Hubungan PGRI dengan Luar Negeri
1.      Sesudah kongres ke empat di Yogyakarta, PB PGRI di Jakarta mengirim surat perkenalan serta ucapan selamat atas terbentuknya pengurus baru Persatuan Guru Negara Persekutuan Malaya. Sejak saat itu terjalinlah hubungan persudaraan dan kerja sama antara PGRI dengan Persatuan Guru Negara Persekutuan Malaya (Malaysia) hingga kini dibuktikan dengan jalan korespondensi, saling mengunjungi, pertukaran guru, penataran, dll.
2.      Pada bulan Februari 1954 PB PGRI mendapat undangan dari Fan Ming, Ketua Umum PB PRRC, untuk berkunjung ke Peking guna menghadiri hari buruh(1 mei) dan disambung dengan karya wisata selama satu bulan.
3.      Suatu peristiwa antar bangsa dimana PGRI ikut berperan adalah Regional Conference of Non Govermental of The U.N.O di Denpasar Bali. Utusan PB PGRI terdiri dari F. Wachendorf dan Muhamad Hidrajat. Usul-usul PGRI mengenai peranan  film semuanya diterima oleh konperensi tersebut.
4.      Pada tahun 1954, PB PGRI sangat menyesal karena tidak dapat hadir dalm memenuhi undangan WCOTP,IFTA, dan Fipreso yang berkongres di Oslo karena kesulitan keuangan.
5.      Sujono, Wakil Ketua I PB PGRI dan E.A. Parengkuan mewakili PGRI hadir di kongres ke lima WCOTP yang diadakan di Manilla dari tanggal 1s/d 8 Agustus 1956.
6.      Pada musim dingin Australia bulan Juli 1971 PGRI menghadiri General Assembly WCOTP di Sidney, sambil mempererat kerja sama dengan Australia teachers Federation dan New Zaeland Teachers Institute.
7.      Ketua Umum Basyumi Suriamiharja, Sekretaris Jenderal A.M.D Jusuf dan Gazali menghadiri IFFTU Convention di Kuala Lumpur. Pada acara pembentukan “Komite Asia untuk IFFTU”. Basyumi Suriamiharja terpilih menjadi ketuanya.
8.      Pada tanggal 3 dan 4 April 1972 di Bandung diadakan Kongres IFFTU dengan tema “The role of teachers and their organization in economic development”. Pada kesempatan ini melalui May Jen. Ali Murtopo, guru di Indonesia telah lama diakui sebagai pembaharuan dan pembangunan.
9.      Ketua Umum Basyumi Suriamiharja dan Sekretaris Jenderal A.M.D Jusuf menghadiri kongres WCOTP di London pada bulan Agustus 1972, selanjutnya mereka pergi ke Nederland dan Belgia, untuk memenuhi undangan Nederlandse Onderwejzers Verefinigi, dan Federasi Guru Belgia.
10.  Melalui WCOTP PGRI telah menyerukan dihentikannya peperangan India-Bangladesh, Vietnam, dan Timur Tengah yang mengakibatkan kesengsaraan rakyat, dan penghapusan segala bentuk diskriminasi rasial yang bertentangan dengan martabat dan harkat manusia.
11.  Sejak kongres ke 13 hubungan dengan luar negeri dirumuskan sebagai berikut “Meningkatkan jalinan hubungan dan kerja sama internasional kependidikan yang mengabdi pada kepentingan nasional”.
12.  Dra. Ny. M. Wahyudi dan AT. Sianipar SH menghadiri WCOTP Asia and South Pasific Conference yang diadakan di Walington New zaeland dari tanggal 26 Agustus sampai 2 September 1981.
13.  Kongres ke 29dihadiri tidak kurang dari 11 orang anggota PGRI yakni Ketua Umum Basyumi Suriamiharja, yang hadir sebagai anggota Eksekutif WCOTP, Sekjen Drs. W.D.F Rindo sebagai Ketua Delegasi PGRI tiga orang anggota PB PGRI lainnya, lima orang anggota PB PGRI. Kongres ini diadakan di Swiss.
14.  Sekjen Drs. W.D.F Rindo pergi ke Sidney Australia untuk mewakili PGRI pada “The Asia Public Service Conference of IFFTU” dari tanggal 18-20 Oktober 1982.
15.  Pada tanggal 25 – 29 Oktober 1982 Dra. Ny. M. Wahyudi ada di Hiroshima Jepang, untuk mengikuti simposium yang diselenggarakan oleh Persatuan Guru Jepang tentang “Disarmament Education”.
16.  Pada tanggal 27 – 30  Desember 1982 56 orang wakil PGRI berada di Kuala Lumpur Malaisya untuk menghadiri The 4’th Covention ACT.
17.  Dalam sidang WCOTP Asia Pasific yang diadakan pada tanggal 3 – 10 Agustus 1983 di Kuala Lumpur, PGRI diwakili oleh Dra. Mien. S. Warnaen dan Drs. Gazali Dunia tentang pertemuan guru Nusantara. Putusan sidang diadakan di Singapura tanggal 24 Nofember 1983. Pada kesempatan ini Drs. Gazali menyampaikan makalah.
18.  Dalam realisasi mempererat hubungan muhibbah dalam periode 1981-1983, PGRI telah mendapat kunjungan dari :
·         Rombongan 46 orang guru Melayu.
·         Rombongan 22 orang dari Persatuan Guru Transport Udara Wanita Singapura.
·         Rombongan 24 orang anggota Persatuan Guru Melayu Brunei.


D.    Bentuk Kerjasama PGRI dengan Luar Negeri
Bentuk kerjasama PGRI dengan Luar Negeri dengan pertukaran pelajar dapat dibuktikan dengan adanya sembilan mahasiswa IKIP PGRI Semarang praktik mengajar di Malaysia.
Pada tanggal 17 April sembilan calon guru IKIP PGRI Semarang dilepas oleh rektor, Muhdi SH. M.Hum untuk melaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan di beberapa sekolah setingkat SLTA di Johor Malaysia.     
Kesembilan mahasiswa tersebut di antaranya berasal dari beberapa program studi antara lain Pendidikan Bahasa Inggris (3), Pendidikan Matematika (2), Pendidikan Biologi (2), dan Pendidikan Fisika (2).
Praktek mengajar yang akan berlangsung selama 1 bulan tersebut merupakan salah satu bentuk kelanjutan dari kerjasama yang dijalin antara IKIP PGRI Semarang dengan Universitas Teknologi Malaysia.
Mahasiswa jurusan Bahasa Inggris FKIP Universitas PGRI Palembang bernama Oktaryna terpilih untuk mengikuti program pertukaran pelajar pada tahun 2010. Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Sumsel mengirimkan salah seorang pelajar untuk mengikuti program tahunan Kementrian Dispora RI. Hal itu berkaitan dengan upaya meningkatkan wawasan kebangsaan bagi Pemuda Indonesia. Program kapal pemuda Asean – Jepang (ship for east asia yourt program-SSEAYP).
Kemudian pada 14 Desember 2010 di Guangzhou, China, PGRI telah menandatangani MoU dengan South China Normal University dalam rangka peningkatan profesionalisme guru. Pada 5 Maret 2011 di Seoul, Korea Selatan PGRI melakukan Penandatanganan kerja sama dengan Korean Federation of Teachers Association. Kerja sama di antaranya tentang Joint Research dan Workshop.



BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
PGRI sebagai organisasi pejuang pendidik dan pendidik pejuang selalu berusaha menjalin serta mengembangkan kemitraan dalam bentuk kerjasama yang saling menguntungkan dengan berbagai pihak, bahkan PGRI sudah menjalin hubungan secara internasional.
Dalam hubungannya dengan luar negeri, mulai 1948 menjalin kerjasama / hubungan dengan National Education Association (NEA), yaitu Persatuan Guru di Amerika Serikat. NEA mengundang PGRI untuk mengadakan peninjauan tentang perkembangan pendidikan di Amerika Serikat selama 8 bulan. PGRI juga mendapat undangan kongres II WCOTP (World Confideration of Organization of the Teaching Profession) yang kedua di London pada bulan Juli 1948.
Bentuk kerjasama PGRI dengan Luar Negeri dengan pertukaran pelajar dapat dibuktikan dengan adanya sembilan mahasiswa IKIP PGRI Semarang praktik mengajar di Malaysia.
Pada tanggal 17 April sembilan calon guru IKIP PGRI Semarang dilepas oleh rektor, Muhdi SH. M.Hum untuk melaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan di beberapa sekolah setingkat SLTA di Johor Malaysia.



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS